Rabu, 13 Oktober 2010

MEMAHAMI INTI PERUMUSAN MASALAH


BAB I
PENDAHULUAN
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan uhsia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang menyatakan bahwa kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri.









BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    PENGERTIAN MASALAH PENELITIAN YANG BENAR

Seperti diketahui bersama bahwa penelitian adalah merupakan bagian dari pemecahan masalah. Lalu apa sebenarnya masalah penelitian itu?.
 Menurut Notoatmodjo (2002) masalah penelitian secara umum dapat diartikan sebagi suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta antara harapan dan kenyataan. Pengertian serupa juga dikemukakan oleh Danim (2003) yang menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masalah penelitian keperawatan adalah suatu kesenjangan atau diskongruensi antara kenyataan dan harapan di bidang keperawatan. Seperti dapat dilihat dalam kenyataan sehari-hari, dalam memberikan pelayanan keperawatan/ kebidanan, seorang perawat/ bidan dituntut untuk selalu menerapkan komunikasi yang terapeutik, namun apa yang terjadi? Masih sering kita temukan perawat/ bidan yang belum menerapkan komunikasi teraputik ini. Perawat/ bidan dituntut untuk selalu empati akan penderitaan pasien, kenyataannya belum dapat ber-empati terhadap penderitaan pasien yang dirawatnya.

Notoatmodjo (2002) menyebutkan bahwa pada hakikatnya masalah penelitian kesehatan adalah segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari jawabannya, atau segala bentuk rintangan dan hambatan atau kesulitan yang muncul pada bidang kesehatan. Jika seorang dosen mau sedikit mencermati, seringkali dosen menemukan banyak sekali kesenjangan antara teori yang diajarkan di kelas dengan kenyataan yang ada di lapangan tempat praktik mahasiswa, baik di rumah sakit, klinik maupun di masyarakat. Bahkan tidak jarang dosen keperawatan/ kebidanan sering mendapatkan pertanyaan dan protes dari mahasiswanya, karena kesenjangan ini. Dengan demikian, betapa banyak dan kompleksnya masalah penelitian yang dapat ditemukan oleh dosen  kebidanan.


B.                    MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN YANG BENAR

a.      Mencari Masalah
Membuat masalah penelitian merupakan hal yang sukar, antara lain karena:
1.Tidak semua masalah dilapangan dapat di uji secara empiris
2.Tidak ada pengetahuan atau tidak diketahui sumber atau tempat mencari masalah-masalah.
3.Kadang kala si peneliti dihadapkan kepada banyak sekali masalah penelitian, dan sang peneliti tidak dapat memilih masalah mana yang lebih baik untuk dipecahkan.
4.Adakalanya masalah cukup menarik, tetapi data yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut sukar diperoleh.
5. Peneliti tidak tahu kegunaan spesifik yang ada di kepalanya dalam memilih masalah.
Banyaknya masalah penelitian yang sering ditemukan dalam pelayanan keperawatan/ kebidanan, seringkali membuat seorang peneliti harus memilih masalah penelitian yang paling layak diantara beberapa masalah tersebut. Hal yang penting dijadikan pegangan dalam memilih masalah penelitian ini adalah bahwa keputusan dan penentuan terakhir adalah terletak pada peneliti itu sendiri
Meskipun masalah penelitian itu selalu ada dan banyak, menurut Notoatmodjo (2002) belum tentu mudah mengangkatnya sebagai masalah penelitian, diperlukan kepekaan terhadap masalah penelitian. Kepekaan ini dipengaruhi oleh minat dan pengetahuan atau keahlian. Minat dan pengetahuan atau keahlian itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :
1.      Profesi
Profesi atau bidang pekerjaan seseorang dapat menjadi sumber minat untuk melakukan penelitian. Semakin sering seseorang terpapar dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan profesinya, akan semakin mendorong orang tersebut berminat untuk menyelesaikannya.
2. Spesialisasi
Keahlian khusus seseorang akan menyebabkan orang tersebut lebih peka tehadap masalah yang berkaitan dengan keahliannya. Misalnya, seorang perawat spesialis jiwa, akan lebih peka terhadap masalah-masalah kesehatan jiwa pasien yang dirawatnya, meskipun pasien tersebut dirawat di rumah sakit umum dengan bukan karena gangguan jiwa. Sebagai contoh, ketika seorang perawat spesialis jiwa, menemukan pasien yang akan dioperasi terlihat gelisah, maka dengan cepat perawat tersebut akan dapat melihat bahwa pasiennya sedang mengalami kecemasan berat.
3. Akademis
Seseorang yang telah mengalami program pendidikan yang lebih tinggi, biasanya telah mendalami tentang salah satu disiplin ilmu pengetahuan. Dengan penguasaan ilmu ini, orang tersebut cenderung lebih peka mengenali masalah dalam bidang keahliannya.
4.Kebutuhan dan Praktik Kehidupan Sehari-hari
Seseorang yang cenderung menaruh perhatian akan kebutuhan dan praktik kehidupan sehari-hari akan lebih peka terhadap masalah yang muncul.
5.Pengalaman Lapangan
Seseorang yang mempunyai banyak pengalaman lapangan akan menambah kepekaannya terhadap masalah di bidangnya.
6.Bahan Bacaan atau Kepustakaan
Membaca dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berpikir seseorang, sehingga wawasannya akan semakin luas dan semakin mampu menggunakan penalaran dan pola berpikir kritisnya semakin berkembang. Dengan berpikir kritis ini, selanjutnya akan meningkatkan kepekaan seseorang terhadap masalah.
Untuk menentukan topik penelitian Narbuko dan Achmadi (2002) menyampaikan bahwa sebelum menentukan topik penelitian, seorang peneliti harus terlebih dahulu menanyakan pada diri sendiri tentang beberapa pertanyaan berikut :
“Apakah topik tersebut dapat dijangkaunya/ dikuasainya (manageble topic)?”
“Apakah bahan-bahan/ data-data tersedia dengan cukup (obtainable data)?”
“Apakah topik tersebut penting untuk diteliti (significancy of topic)?”
“Apakah topik tersebut menarik untuk diteliti dan dikaji (interested topic)?”
Setelah topik ditentukan selanjutnya peneliti harus memilih masalah penelitian yang sesuai dengan topik tersebut. Pertimbangan dalam memilih masalah penelitian agar masalah yang dipilih layak dan relevan untuk diteliti diungkapkan oleh Notoatmodjo (2002), meliputi :
1. Masalah masih baru.
“Baru” dalam hal ini adalah masalah tersebut belum pernah diungkap atau diteliti oleh orang lain dan topik masih hangat di masyarakat, sehingga agar tidak sia-sia usaha yang dilakukan, sebelum menentukan masalah, peneliti harus banyak membaca dari jurnal-jurnal penelitian maupun media elektronik tentang penelitian terkini.
2. Aktual.
Aktual berarti masalah yang diteliti tersebut benar-benar terjadi di masyarakat. Sebagai contoh, ketika seorang dosen keperawatan akan meneliti tentang masalah gangguan konsep diri pada pasien yang telah mengalami hemodialise berulang, maka sebelumnya peneliti tersebut harus melakukan survey dan memang menemukan masalah tersebut, meskipun tidak pada semua pasien.
3. Praktis
Masalah penelitian yang diteliti harus mempunyai nilai praktis, artinya hasil penelitian harus bermanfaat terhadap kegiatan praktis, bukan suatu pemborosan atau penghamburan sumber daya tanpa manfaat praktis yang bermakna.
4. Memadai
Masalah penelitian harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas, tetapi juga tidak terlalu sempit. Masalah yang terlalu luas akan memberikan hasil yang kurang jelas dan menghamburkan sumber daya, sebaliknya masalah penelitian yang terlalu sempit akan memberikan hasil yang kurang berbobot.
5. Sesuai dengan kemampuan peneliti.
Seseorang yang akan melakukan penelitian harus mempunyai kemampuan penelitian dan kemampuan di bidang yang akan diteliti, jika tidak, hasil penelitiannya kurang dapat dipertanggungjawabkan dari segi ilmiah (akademis) maupun praktis.
6. Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah
Masalah-masalah yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, undang-undang ataupun adat istiadat sebaiknya tidak diteliti, karena akan banyak menemukan hambatan dalam pelaksanaan penelitiannya nanti.
7. Ada yang mendukung
Setiap penelitian membutuhkan biaya, sehingga sejak awal sudah dipertimbangkan darimana asal biaya tersebut akan diperoleh. Tidak jarang masalah-masalah penelitian yang menarik akan mendapatkan sponsor dari instansi-instansi pendukung, baik pemerintah maupun swasta.
Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, sebelum melakukan pemilihan masalah penelitian, maka peneliti harus menjawab beberapa pertanyaan berikut agar masalah yang diteliti layak dan relevan (Notoatmodjo, 2002):
1. Apakah masalah yang akan diteliti merupakan masalah yang sedang hangat di dalam masyarakat saat ini?
2. Apakah masalah tersebut benar-benar ada di dalam masyarakat?
3. Sejauh mana masalah tersebut dirasakan? Apakah penduduk atau masyarakat merasakan masalah tersebut?
4. Apakah masalah tersebut mempengaruhi kelompom tertentu, misalnya ibu hamil, bayi, atau anak balita?
5. Apakah masalah tersebut berhubungan dengan masalah sosial, kesehatan ataau ekonomi yang luas?
6. Apakah masalah tersebut berhubungan dengaan kativitas program yang sedang berjalan?
7.Siapa lagi yang tertarik atau terlibat dalam masalah tersebut?
Dengan beberapa pertimbangan dan pertanyaan tersebut, diharapkan akan dapat dirumuskan masalah penelitian yang layak dan relevan, sehingga masalah penelitian memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun aplikatif.
b.      Sumber masalah
Masalah penelitian dapat dikembangkan dari berbagai sumber, antara lain:
1. Kepustakaan
 Sumber masalah dapat ditemukan di buku ajar, karangan asli, sari pustaka, abstrak dan lain-lain. Banyak pernyataan dalam artikel ilmiah yang menyebutkan bahwa sesuatu hal belum disepakati oleh para ahli; hal tersebut merupakan suatu petunjuk bahwa hal tersebut masih perlu diteliti. Suatu tinjauan pustaka yang baik sering diakhiri dengan pendapat penulis tentang hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut. Agar masalah yang ingin diteliti belum kadaluwarsa peneliti harus mengikuti jurnal-jurnal penelitian atau publikasi ilmiah yang lain.
2. Pertemuan ilmiah
Bahan diskusi, dan hasil konferensi, seminar, simposium, lokakarya dan sebagainya. Baik hal-hal yang muncul dalam diskusi resmi, atau pembicaraan informal dengan pakar saat rehat kopi seringkali dapat memunculkan masalah yang dapat dikembangkan menjadi masalah penelitian.
3. Pengalaman dalam praktek sehari-hari
Pengalaman sehari-hari sering menimbulkan masalah yang dapat dikembangkan menjadi masalah penelitian. Demikian pula pengalaman orang lain. Terdapatnya kontroversi antara apa yang tertulis dalam buku ajar dengan kenyataan dalam praktek merupakan sumber masalah penelitian yang tidak akan habis. Bahkan dikatakan dikatakan bahwa cara yang terbaik untuk menjadi peneliti yang mandiri adalah mencari masalah penelitian yang timbul dalam praktek sehari-hari yang ternyata tidak sesuai dengan teori.
4. Pendapat pakar
Pendapat pakar tertentu yang masih bersifat spekulatif seringkali dapat dicari landasan teorinya untuk dikembangkan menjadi masalah penelitian.
5. Sumber non ilmiah
Berita surat kabar, misalnya; terdapat penyakit aneh di suatu daerah yang merenggut korban dalam waktu singkat, dapat dijadikan dasar untuk mempermasalahkannya dalam bentuk masalah penelitian.
6. Perasaan/ intuisi
Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. Masalah penelitian tersebut muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang tidak terencanakan. Misalnya; pada saat mau tidur, pada saat habis sembahyang, pada saat di kamar kecil dll.
Sedangkan,menurut Turney dan Noble (1971, dalam Danim, 2003) sumber masalah penelitian empiris dapat berasal dari :
1. Pengalaman pribadi
2. Keterangan yang diperoleh secara kebetulan
3. Kerja dan kontak profesional
4. Pengujian dan pengembangan teori yang ada
5. Analisis literatur profesional dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.

c.       Ciri-ciri masalah yang baik
Agar suatu masalah dapat diangkat menjadi masalah penelitian diperlukan syarat-syarat, yang disingkat (FINER= feasible-interesting-novel-ethical-relevant)

1. Feasible (kemampulaksanaan)
Ø  Tersedianya subyek penelitian
Ø  Tersedianya dana
Ø  Tersedianya waktu, sarana, keahlian.
2. Interesting
Masalah hendaknya menarik bagi peneliti. Penelitian adalah aktivitas yang menyita pikiran, tenaga, waktu dan biaya. Karena itu peneliti harus tertarik dengan subyek yang ditelitinya bila tidak ia akan cepat menyerah bila dihadapi pada berbagai kendala.

3. Novel
Ø  Hasil penelitian membantah atau mengkonfirmasi penemuan terdahulu
Ø  Melengkapi dan mengembangkan hasil penelitian terdahulu
Ø  Menemukan sesuatu yang baru.
4. Ethical
Tidak bertentangan dengan etika
5. Relevant
Ø  Bagi ilmu pengetahuan
Ø  Untuk tata laksana pasien/ kebijakan kesehatan
Ø  Untuk dasar penelitian selanjutnya

d.      Cara merumuskan masalah
Merumuskan masalah penelitian dilakukan setelah identifikasi masalah.Rumusan masalah penelitian merupakan rangkaian berpikir deduktif berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikumpulkan dari berbagai data empiris serta landasan teori yang berkaitan dengan masalah yang hendakj diteliti , sehingga akhirnya dapat disimpulkan menjadi sebuah rumusan masalah.
Ada beberapa hal yang disarankan tentang cara menulis rumusan masalah penelitian yaitu:
1.                  Dikemukakan dalam kalimat tanya (interogatif)
Rumusan dalam kalimat tanya sangat dianjurkan, karena dapat lebih bersifat khas dan tajam.
2.                  Rumusan hendaknya bersifat khas, tidak bermakna ganda.
Suatu pertanyaan penelitian; Bagaimanakah pengaruh pemberian obat A pada fungsi ventrikel kiri? Tidak bersifat khas, karena fungsi ventrikel kiri dapat dilihat dari pelbagai segi.
Pertanyaan penelitian; Apakah pemberian obat berhubungan dengan peningkatan curah jantung? Lebih bersifat khas dan tidak dapat ditafsirkan lain.
3.                  Bila terdapat banyak pertanyaan penelitian, maka harus ditanyakan secara terpisah.
Contoh penggabungan pertanyaan penelitian ini yang sulit untuk dijawab dengan satu uji hipotesis. “Apakah pemberian kalium intravena akan menurunkan tekanan darah, menaikkan frekuensi nadi, dan tidak berpengaruh pada penampilan miokardium? Penguraian pertanyaan tersebut menjadi tiga pertanyaan terpisah akan lebih mudah dimengerti, yang masing-masing dapat diuji dengan uji hipotesis yang sesuai secara terpisah.
4.                  Rumusan hendaklah padat dan jelas.
5.                  Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah.
6.                  Perumusan masalah haruslah dibatasi lingkupnya, sehingga memungkinkan penarikan simpulan yang tegas. Kalau disertai rumusan masalah yang bersifat umum, hendaknya disertai penjabaran-penjabaran yang spesifik dan poerasional.
Pada umumnya rumusan masalah diawali dengan kalimat sebagai berikut:
1.                  Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Atau:
2.                  Uraian ringkas dalam latar belakang masalah di atas memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut:
Atau:
3.                  Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
Ada beberapa  penggolongan rumusan masalah sesuai dengan jenis penelitian atau permasalahan yang hendak diteliti diantaranya :
1.      Masalah deskriptif
Merupakan masalah penelitian yang berhubungan dengan variable yang ada tanpa membuat suatu perbandingan  ataupun menghubungkan .Rumusan masalah deskriptif ini hanya menggambarkan masalah apa yang ingin dicapai dalam penelitian, seperti :
                        Contoh:
            Judul penelitian “Studi Tentang Perilaku Menyusui Pada Ibu Yang Tinggal Di Wilayah Puskesmas A”
            Rumusan masalah :
            Bagaimana prilaku menyusui pada ibu ibu yang tinggal di wilayah puskesmas A.

2.      Masalah komparatif.
Merupakan masalah penelitian kebidanan yang ingin membandingkan antara variable satu dengan variable lainnya.Penelitian ini membandingkan antar perbedaan variable yang akan diukur, seperti :
Contoh :
Judul penelitian“Studi Perbedaan Prilaku Menyusui Pada Ibu Ibu yang tinggal di wilayah Puskesmas Adan Puskesmas B”
Rumusan masaalah :
Adakah perbedaan prilaku menyusui pada ibu ibu yang tinggal di wilayah puskesmas A dan puskesmas B?
3.      Masalah Asosiatif.
Merupakan masalah penelitian kebidanan yang bersifat menghubungklan antar dua variable dalam penelitian .Masalah ini terdiri atas hubungan simetris, hubungan kausal, dan hubungan interaktif (Sugiyono,2001).
ü  Hubungan simetris
Hubungan ini berdasarkan pada sifat kesamaan bukan pada hubungan sebab akibat atau saling mempengaruhi.
Contoh:
Adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap bidan dalam asuhan persalinan normal (APN) di wilayah puskesmas A?
ü  Hubungan kausal
Merupakan hubungan sebab akibat yang saling mempengaruhi antar variabel yang digunakan dalam penelitian .
Contoh:
Adakah pengaruh cara perawatan payudara terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu postpartum yang dirawat di rumah bersain A?
ü  Hubungan interaktif
Merupakan hubungn antar variabel yang di ukur dimana terdapat interaksi tetapi belum diketahui man variabel independen dan dependen.
Contoh :
Adakah hubungan antar motivasi dan prestasi kerja bidan yang bekerja di rumah bersalin A ?.















BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Ø  Menurut Notoatmodjo (2002) masalah penelitian secara umum dapat diartikan sebagi suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta antara harapan dan kenyataan
Ø  Notoatmodjo (2002) menyebutkan bahwa pada hakikatnya masalah penelitian kesehatan adalah segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari jawabannya, atau segala bentuk rintangan dan hambatan atau kesulitan yang muncul pada bidang kesehatan.
Ø   Pertimbangan dalam memilih masalah penelitian agar masalah yang dipilih layak dan relevan untuk diteliti diungkapkan oleh Notoatmodjo (2002), meliputi :
1. Masalah masih baru.
2. Aktual
3. Praktis
4. Memadai
5. Sesuai dengan kemampuan peneliti.
 6. Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah
7. Ada yang mendukung
Ø  Sumber masalah penelitian, antara lain yaitu:Kepustakaan, pertemuan ilmiah, pengalaman dalam praktek sehari-hari, pendapat pakar ,sumber non ilmiah,perasaan/ intuisi
Ø  Sedangkan,menurut Turney dan Noble (1971, dalam Danim, 2003) sumber masalah penelitian empiris dapat berasal dari :
1. Pengalaman pribadi
2. Keterangan yang diperoleh secara kebetulan
3. Kerja dan kontak profesional
4. Pengujian dan pengembangan teori yang ada
5. Analisis literatur profesional dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.
Ø   Agar suatu masalah dapat diangkat menjadi masalah penelitian diperlukan syarat-syarat, yang disingkat (FINER= feasible-interesting-novel-ethical-relevant)
 B.SARAN
·         Diharapkan kepada para praktisi kesehatn agar dapat senantiasa membuat rumusan masalah yang benar dalam setiap penyusunan karya tulis ilmiah
























DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz Alimul.2009.Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.Jakarta:Salemba medika.
Budiarto,E.2004.Metodologi penelitian kedokteran.EGC;Jakarta.
Danim, S. 2002. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Edisi I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hidayat, A.Aziz Alimul.2009.Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.Jakarta:Salemba medika.
http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/24/memilih-dan-merumuskan-masalah-penelitian/ diakses tanggal 8 oktober 2010
Nazir,M.2005.Metode Penelitian. Ghalia Indonesia;Bogor.
Riyanto,Y.2001. Metodologi penelitian pendidikan. SIC; Surabaya.
Sokidjo Notoatmojo, 1993, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar