Sabtu, 20 Februari 2010

makalah organisasi dan manajemen kebidanan

BAB I

PENDAHULUAN

Abstrak

Bidan dalam pelayanan kbidanan mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan kebidanan .Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang memegang tanggung jawab terhadap tugas kliennya,bio-psiko sosial .Di tengah masyarakat ,bidan juga berperan dalam memberi pendidikan kesehatan dan mengubah prilaku masyarakat terhadap pola hidup dan gaya hidup yag tidak sehat .Jadi tidak hanya memberi asuhan pada individu tapi juga terhadap keluerga dan masyarakat .Oleh karena itu ,bidan harus mempunyai pendekatan manajemen agar dapat mengorganisasikan semua unsur unsur yang terlibatdalam pelayanannya dengan baik dalam rangka menuunkan angka kematian ibu dan anak .

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan –penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang terfokus pada klien. (Varney, 1997)

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.

Mengingat pentingnya seorang bidan menguasai manajemen kebidanan maka,dalam makalah ini akan kami bahas tentang dasar dasarnyaantara lain tentang: langkah langkah dalam manajemen pelayanan kebidanan,perencananaan dalam pelayaanan kebidanan,dan pemantauan pelayanan kebidanan (kohort Ibu ,bayi , balita, dan PWS KIA) .

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Manajemen Pelayanan Kebidanan

Dalam pelayanan kebidanan ,manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak ,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/manajemen kebidanan yang ditetapkan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

Defenisi operasional:

a. Ada Standar Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kebidanan.

b. Ada format manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan medik.

c. Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.

d. Ada diagnosa kebidanan.

e. Ada rencana asuhan kebidanan .

f. Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidnan

g. Ada catatan perkembangn klien dalam asuhan kebidanan.

h. Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.

i. Ada dokumentasi utuk kegiatan manajemen kebidanan.

Langkah Langkah dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan.

Manajemen pelayanan kebidanan tentu saja mengambil sistem manajemen pada umumnya.Dalam pelayanannya juga melaksanakan aktifitas manajemen yaitu perencanaan,pengorganisasian , pengarahan ,kordinasi ,dan pengawasan (supervisi dan evaluasi).

Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.


Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :

1.Anamnesa
Biodata
Riwayat Menstruasi

Riwayat Kesehatan

Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas

Biopsikospiritual
Pengetahuan Klien

2.Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital

3.Pemeriksaan Khusus

Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
4.Pemeriksaan penunjang

Laboratorium
Catatan terbaru dan sebelumnya

Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.

Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.

Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.

Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :

1.Diakui dan telah disyahkan oleh profesi

2.Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan

3.Memiliki cirri khas kebidanan

4.Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan

5.Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.

Sebagai contoh :

Diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”

Masalah : wanita tsb tidak menginginkan kehamilannya

Contoh lain :

Wanita hamil Trimester III

Merasa takut terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi

Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori standart nomenklatur diagnosa kebidanan tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.

Masalah
Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai

Contoh perumusan masalah :

Masalah Dasar

Wanita tidak menginginkan kehamilan Wanita mengatakan belum ingin hamil
Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan

Kebutuhan
Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data

Contoh kebutuhan :

Kebutuhan Dasar

Ibu menyenangi Binatang

Kebutuhan :

Penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilan

Pemeriksaan TORCH Ibu mengatakan sekeluarga menyayangi binatang

Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian

masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.

Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut, misalnya:
o
Besar dari masa kehamilan

oIbu dengan diabetes kehamilan, atau

oKehamilan kembar

Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.

Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus premature atau bayi kecil.

Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.

Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.

Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).

Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter

.Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.

Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.

Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.

Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.

Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.

B.Perencanaan Dalam Manajemen Pelayanan kebidanan.

Perencanaan dalan manajemen pelayanan kebidanan merupakan bagian dari administrasi kesehatan,yang mana terdiri atas 3 unsur pokok yaitu:

1) Input

Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu pelayanan kesehatan .Unsur masukan yang terpenting adalah tenaga ,dana dan sarana .Secara umum di sebutkan apabila tenaga dan sarana kuantitas dan kualitas.tidak sesuai standar yang ditetapkan ,serta jika dana yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan ,maka sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan .

2) Proses

Semua tindakan yang dilakukan pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan .Tindakan tersebut dapat dibedakan atas dua macam,yakni tindakan medis dan tindakan non medis .secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ini tidak sesuai dengan standar yang di tetapkan ,maka sulitlah di harapkan bermutunya pelayanan kesehatan.

3) Output

Yaitu yang menunjuk pada penampilan (perfomance) pelayanan kesehatan Penampilan daat di bedakan atas dua macam .Pertama ,penampilan aspek medis pelayanan kesehatan .Kedua,penampilan aspek non medis pelayanan kesehatan.Secara umum di sebutkan apabila kedua penampilan ini tidak sesuai dengan standar yang telah di tetapkan maka berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan yang bermutu.

C.Pemantauan pelayanan Kebidanan

1) Kohort Ibu dan Balita

v Pengertian
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan balita.

v Tujuan

Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal yang terdeteksi di rumah tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.

v Jenis registor kohort

1. Register kohort ibu

Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi.

2. Register kohort bayi

Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal.
3. Register kohort balita

Merupakan sumber data pelayanan kesehatan balita, umur 12 bulan sampai dengan 5 tahun

v Cara pengisian kohort Ibu

kolom
1. Diisi nomer urut

2. Diisi nomer indeks dari famili folder

3. Diisi nama ibu hamil

4. Diisi nama suami ibu hamil

5. Diisi alamat ibu hamil

6. Diisi umur ibu hamil

7. Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dalam minggu/tanggal HPL
8. Faktor resiko : diisi v ( rumput) untuk umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

9. Paritas diisi Gravidanya

10. Diisi bila jarak kahamilan <>

11. Diisi bila BB ibu <>

12. Diisi bila TB ibu <>

13. sd 17 Resiko tinggi : diiisi dengan tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi, HB diperiksa dan ditulis hasil pemeriksaannya
18. Pendeteksian faktor resiko : diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh tenaga kesehatan

19. Diisi diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh Non NAKES.
20. sd 22 diisi tanggal immunisasi sesuai dengan statusnya.
23. sd 34 diisi umur kehamilan dalam bulan kode pengisian sebagai berikut :
K I :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja pada kehamilan I s/d 5 bulan dengan rambu-rambu O dan secara langsung juga akses dengan rambu-rambu ◙

.K4 : Kunjungan ibu hamil yang keempat kalinya.
Untuk memperoleh K4 dapat memakai rumus 1-1–2 atau 0-2-2 dengan rambu-rambu Δ

Perhatian: K4 tidak boleh rada usia kehamilan 7 bulan
Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5 bulan pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung atau dikunjungi agar tidak kehilangan K4.
Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar kota, dan pada akhir kehamilannya periksa di wilayah kita karena untuk melahirkan dan penduduk setempat bisa mendapatkan K1, K4 dan sekaligus Akses apabila ibu tersebut dapat menunjukan pemeriksaan dengan jelas

Akses :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan tidak memandang usia kehamilan dengan rambu-rambuΟ

35. Penolong Persalinan, diisi tanggal penolong persalinan tenaga kesehatan

36. Diisi tanggal bila yang menolong bukan nakes.

37. Hasil akhir Kehamilan : Abortus diisi tanggal kejadian abortus

38. Diisi lahir mati

39. Diisi BB bila BBL <>

40. Diisi BB bila BBL > 2500 gram

41. Keadaan ibu bersalin,di beri tanda v bila sehat

42. Dijelaskan sakitnya

43. Diisi sebab kematiaannya

44. Diisi v (rumput)

45. Diisi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan

v Cara pengisian kohort Bayi.

Kolom

1. Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan nornor urut ibu pada register kohort ibu.

2. Disi nomor indeks dari Family Folder

3. sd 7 jelas

8. Diisi angka berat bayi lahir dalam gram sd 10 diisi tanggal pemeriksaan neonatal oleh tenaga kesehatan

11. Diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh petugas kesehatan

12. sd 23 Diisi hasil penimbangan bayi dalam kg dan rambu gizi yaitu : N = naik,

T = turun, R = Bawah garis titik¬ – titik (BGT), BGM = Bawah garis merah
24. sd 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi
36.Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal.

37.Diisi penyebab kematian bayi tersebut

38. Diisi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan.

v Cara pengisian kohort Balita

Kolom
1. Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disestiaikan dengan nomor urut ibll pada register kohort ibu

2. Disi nomor indeks dari Family Folder

3. sd 7 jelas

8. sd 31 dibagi 2, diisi hasil penimbangan dalam kg dan rambu gizi 32 sd 35 diisi

tanggal pcmberian vit A bulan februari dan Agustus

36. Diisi tanggal bila ditemkan sakit

37. Diisi penyebab sakit

38. Diisi tanngal meninggal

39. Diisi sebab meninggal

40. Diisi tanggal bila ditemukan kelainan tumbuh kembang

41. Diisi jenis kelainan tumbuh kembang.

42. Diisi bila ada kcterangan penting tentang balita tersebut.

2) PWS KIA

Setiap bulan data di kohort di rekap kedalam suatu laporan yang disebut dengan PWS KIA atau Pemantauan wilayah setempat yaitu alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah (puskesmas kecamatan) secara terus menerus agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIA nya masih rendah.

Penyajian PWS-KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya Pamong setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran agar mendapatkan pelayanan KIA dan membantu memecahkan masalah nonteknis, sehingga semua masalah ibu hamil dapat tertangani secara memadai, yang pada akhimya AKI dan AKB akan turun sesuai harapan.

3) Pendataan Sasaran

Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat.

Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin, neonatal, bayi dan balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh ibu hamil yang ada di suatu komunitas tanpa terIewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun bayi kemudian bidan desa memasukan seluruh data ibu hamil ke dalam kohort yang telah disediakan di Pusesmas, sehingga data yang ada di desa pun dimiliki puskesmas.

Dengan Puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa dan Puskesmas dalam hal ini bidan puskesmas dan timnya dapat memonitor dan mengikuti setiap individu yang ada didaerah tersebut.

Dengan puskesmas memiliki seluruh data ibu hamil dan bidan desa memberikan pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu hamil lersebut mempunyai faktor resiko atau tidak, sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu dan anak yang dikandung.

Dalam memantau program kesehatan ibu ,dewasa ini digunakan indikator cakupan ,yaitu :cakupan layanan Antenatal (K1 untuk akses dan K4 untuk kelengkapan layanan antenatal),cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan cakupan kunjungan neonatus /nifas .Untuk itu ,sejak awal tahun1990-an telah digunakan alat pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat –Kesehatan Ibu Anak (PWS KIA) ,yang mengikuti program jejak imunisasi.Dengan adanya PWS KIA ,data cakupan layanan proram kesehatan Ibu dapat diperoleh setiap tahunnya dari semua propinsi.

Walau demikian ,disadari bahwa indikator cakupan tersebut belum cukup memberi gambaran untuk menilai kemajuan menurunkan angka AKI.Mengingat bahwa mengukur AKI ,Sebagai indikator dampak ,secara berkala dalam waktu kurang dari 5-10 tahun tidak realistis ,maka pakar dunia menganjurkan pemakaian indikator outcome .Indikator tersebut antara lain :

· Cakupan penanganan kasus obstetri

· Case fatality rate kasus obstetri yang di tangani.

· Jumlah kematian absolut

· Penyebaran fasilitas pelayanan obstetri yang mampu PONEK dan PONED.

· Persentase bedah sesar terhadap seluruh persalinan di suatu wilayah.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

§ Dalam pelayanan kebidanan ,manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak ,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.

§ Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.

§ Perencanan dalam pelayanan kebidanan memperhatikan 3 unsur ,yaitu: input,poses dan outcome.

§ Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat.

§ Untuk membantu dalam melakukan pendataan digunaka alat pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat –Kesehatan Ibu Anak (PWS KIA)

B.Kritik dan Saran

· Sebaiknya buku buku yang di perpustakaan fakultas ilmu kesehatan agar di tambah lebih banyak lagi ,karena kami mengalami kesulitan dalam mencari referensi.

· Bagi teman – teman agar lebih aktif dalam mengerjakan tugas perkuliahan .

· Bagi dosen ,agar kami diberi waktu yang lebih lama dalam menyusun sehingga tidak terburu buru.

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang profesi bidan .

Saifuddin,Abdul Bari.dkk.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Simatupang,Erna Juliana. 2008.Manajemen Pelayanan Kebidanan.Jakarta;EGC.

Soepardan ,Suryani. 2007.Konsep Kebidanan. Jakarta;EGC.

http://74.125.153.132/search?q=cache:_PVgbZMixi0J:fikunik.blogspot.com/2009/07/manajemenkebidanan.html+perancanaan+dalam+manajemen+pelayanan+kebidanan&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id

4 komentar:

  1. wah bagus sekali... :)
    Trim's atas sharingnya
    kunjungi saya juga ya bidanku.web.id

    BalasHapus
  2. Blog dan artikelnya bagus, komentar juga di blog saya www.when-who-what.com

    BalasHapus
  3. mba punya artikel tentang organisasi dan manajemen kesehatan ga?? untuk semester 5.. hehe
    makasie yaa mba..

    BalasHapus