Makalah
ASKEB IV (PATOLOGI)
PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN
(hematologi, pernafasan, pencernaan, perkemihan)
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6
Nur‘aeni
Hj. Sri jumrah w.
Irmayani
Armita Putri Jenma
Aspirawati
Musdalifah dahlan
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI KEBIDANAN
2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah swt. Karna atas berkah dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kita kirimkan shalawat dan taslim atas junjungan kita Nabi Muhammad saw yang telah membawa kita dari lembah kehinaan menuju lembah kemuliaan.
Makalah ini dibuat sehubungan dengan tugas mata kuliah ASKEB IV (Patologi) oleh dosen yang bersangkutan. Dimana di dalam makalah ini akan dibahas mengenai penyakit yang menyertai kehamilan.
Terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing dalam hal ini dosen mata kuliah ASKEB IV (Patologi) yang telah membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini, begitu juga dengan teman-teman dan semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Jika dalam makalah ini terdapat kesalahan kami memohon maaf karena kita sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan.dan seMoga makalah ini dapat bermamfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca.
Makassar, 3 april 2010
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................... 1
BAB II Pembahasan .............................................................................. 2
1. Penyakit hematologi..................................................................................... 2
2. Penyakit saluran bernapasan......................................................................15
3. Penyakit pencernaan...................................................................................21
4. Penyakit perkemihan...................................................................................31
BAB III PENUTUP................................................................................................ 37
A. Kesimpulan .............................................................................................. 37
B. Saran......................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 38
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sampai saat ini, masih banyak penyakit yang menyertai kehamilan. Banyak penyakit yang baru muncul ketika seorang wanita mengalami kehamilan. Misalnya saja hipertensi, hiperemesis gravidarum,anemia dan sebagainya. Selain itu, penyakit yang memang sudah diderita oleh wanita hamil sejak sebelum hamil, bisa saja memperparah kondisi ibu yang dapat berdampak buruk pada kehamilannya.
Kehamilan yang mana ibunya menderita penyakit pastilah tidak sama penanganan atau kadang terdapat perbedaan asuhan yang akan diberikan. Dalam pemberian obat kita harus bisa menghilangkan atau meminimalkan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang diberikan. Karena seperti yang kita ketahui kebanyakan obat dapat memberikan efek teratogenik yang dapat menyebabkan kematian janin. Olehnya itu kita harus bisa mengetahui apa obat yang cocok untuk ibu yang tidak membahayakan anaknya. Sehingga dengan penanganan yang tepat penyakit yang menyertai kehamilan dapat meminimalkan efek pada keadaan ibu dan janin.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Penyakit apa saja yang menyertai kehamilan?
2. Bagaimana mengatasi penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan dan bagaimana penanganannya?
C. Tujuan
1. Kita mengetahui penyakit apa saja yang menyertai kehamilan
2. Kita mengetahui bagaimana cara mengatasi penyakit yang menyertai kehamilan serta penanganannya, sehingga kita bisa meminimalkan dampak yang akan muncul .
BAB II
\
PEMBAHASAN
PENYAKIT-PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN
A .PENYAKIT HEMATOLOGI
Anemia dalam kehamilan
Seseorang dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobin kurang dari 12g/100ml. namun anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilam. Hal itu disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sum-sum tulang.
Darah bertambah banyak dalam kehamilan, akan tetapi bertambahnya sel- sel darah kurang dibandingkan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengancaran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut: plasma 30 %, sel darah 18 % dan hemoglobin 19 %.
Pengenceran darah dianggap sebagai penyusaian diri secara pisiologis dalam kehamilan dan bermamfaat bagi wanita karena, pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil sebagai akibat dari hidremia cardiac output. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu.
Pengaruh anemia dalam kehamilan
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh yang kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam masa nipas. Berbagai penyulit akan timbul akibat anemia, seperti:
Abortus
Partus prematurus
Partus lama karena inertia uteri
Perdarahan postpartum karena atonia uteri
Syok
Infeksi
Anemia defisiensi besi
Anemia dalam kehamilan kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsure besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan misalnya pada perdarahan.Keperluan akan besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya besi tidak seimbang maka akan mudah terjadi anemia defesiensi besi.
Diagnosis
Diagnosis anemia defesiensi besi yang berat tidak sulit karena ditandai ciri- ciri yang has bagi defesiensi besi yakni mikrositosis dan hipokromasia. Hal ini disebabkan karena defesiensi besi dapat berdampingan dengan defesissnsi asam polip. Sifat lain yang khas bagi defesiensi besi adalah
Kadar besi serum yang randah
Daya ikat besi serum yang tinggi Protoporpirin eritrosit tinggi
Tidak ditemukan hemosiderin dalam sumsung tulang.
Tanda dan Gejala
Gejala klinis anemia yang mudah dikenali adalah gampang lelah, lesu, sesak napas saat beraktivitas, kulit dan wajah pucat, mudah pusing, dan gampang pingsan. Kerja jantung pun meningkat sehingga denyutnya menjadi cepat. Jika kondisi jantung buruk, dapat berakibat gagal jantung. Bagi ibu hamil, pemeriksaan dilakukan paling lambat pada usia 3 bulan kehamilan. Diulang lagi pada usia 26 atau 28 minggu kehamilan.
Gejala-gejala lain dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas.4Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl.3
Pengobatan anemia
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika minimum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya.
Pencegahan anemia
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan dengan mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.
Zat besi juga dapat dicegah dengan mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, maka akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis. Jika cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar jarak antar kehamilan tidak terlalu pendek,
B. PENYAKIT SALURAN NAFAS
Kehamilan akan menimbulkan perubahan yang luas terhadap fisiologi pernafasan. Ada empat faktor penting yang terjadi dalam kehamilan yang erat hubungannya dengan fungsi pernapasan.
• Rahim yang membesaran
Karena kehamilan akan mendorong diagfragma keetas, sehingga rongga dada menjadi sempit, gerakan paru akan terbatas untuk mengambil oksigen selama pernafasan, dan untuk mengatasi kekurangan O2 ini pernafasan menjadi cepat (hiper ventilasi)
• Perubahan hormonal,
Terutama hormon progesteron meningkat selama kehamilan, membuat otot-otot saluran pernafasan menjadi kendor, dan ini juga akan mendorong terjadinya hiper ventilasi.
• Meningkatkan volume darah dan cardiac output
Dalam usaha menyelamatkan janin sarta memenuhi kebutuhan metabolik ibu yang meninggi.
• Perubahan imunologi
Faktor daya tahan tubuh ibu sangat erat hubungannya dengan timbilnya penyakit saluran nafas selama kehamilan. Kadar imunoglobulin E (igE) mungkin menaik atau menurun pada seorang wanita hamil. Bila kadar igE pada penderita asama yang hamil meningkat, ternyata hal ini menyebabkan penderita lebih rentan dan lebih sering dapat serangan asma atau lebih berat.
Macam- macam penyakit pernapasan
1. Bronchitis
Infeksi saluran pernafasan bawah yang dibatasi sampai trachea dan bronkus disebut Bronchitis . Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain
Etiologi:
1. Umum : virus (adenovirus, influenza, parainfluenza, respiratory syncytial virus, rhinovirus, coxsackievirus, herpes simplex virus.)
2. Infeksi bakteri : S pneumonia, M catarrhalis, H influenza, Chlamydia pneumoniae, mycoplasma species
3. Spesifik : Influenza, Pertusis, Campak (morbilli), Salmonella, Difteria, Scarlet fever
4. Polusi udara, seperti merokok
5. Faktor keturunan dan status sosial.
a.Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
b.Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
c.Polusi
Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
d.Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
e.Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.
Komplikasi bronchitis
Otitis
Sinusitis
Pneumonia
Terutama kalau gizi buruk
Bronkiektasis
Bronkopneumonis
Gagal nafas akut
. Penanganan
a.Tindakan suportif
•Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang
•Menghindari merokok
•Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.
•Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan.
•Nutrisi yang baik.
•Hidrasi yang adekuat.
b.Terapi khusus (pengobatan).
•Bronchodilator
•Antimikroba
•Kortikosteroid
•Terapi pernafasan
•Terapi aerosol
•Terapi oksigen
•Penyesuaian fisik
•Latihan relaksasi
•Meditasi
•Menahan nafas
•Rehabilitasi
2.INFLUENZA
1.Definisi
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorokan dan batuk non produktif. (Ilmu Penyakit Dalam)
Infeksi ini disebabkan oleh anggota dari famili Ortomiksoviride meliputi influenza tipe A dan tipe B.
2. Etiologi
Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B, dan C. ketiga tipe ini dapat dibedakan dengan complement fixation test. Tipe A merupakan virus penyebab influenza yang bersifat epidemia. Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada tipe A dan Madang-kadang saja sampai mengakibatkan epidemi. Tipe C adalah tipe yang diragukan patogenitasnya untuk manusia, mungkin hanya menyebabkan gangguan ringan saja.
Faktor risiko pada influenza terutama jika itu terjadi dalam suatu komunitas (kantor, asrama, sekolahan). Ini bisa terjadi karena penyebaran virus melalui cairan yang keluar sewaktu penderita bersin, berbicara, dll. Apalagi jika kita berada dengan penderita dalam ruangan yang ber-AC (tertutup) dan tidak mendapat sinar matahari.
Namun demikian ada kelompok orang yang disebut berisiko tinggi, yaitu mereka yang menderita :
a) penyakit paru menahun, seperti asma, emfisema, bronkitis kronik, bronkiektasi, tbc, atau fibrosis kistik
b) penyakit jantung
c) penyakit ginjal kronik
d) penyakit kencing manis maupun gangguan metabolik menahun lainnya
e) .anemia berat
f) mempunyai penyakit atau sedang menjalani terapi untuk menekan kekebalan tubuh
g) berusia lebih dari 50 tahun
3. Tanda dan Gejala
Meskipun influenza sering disebut penyakit pernapasan, namun penyakit ini bisa memberi pengaruh ke seluruh tubuh. Penderita secara tiba-tiba menjadi demam, letih, lesu, kehilangan selera makan, dan sakit kepala, belakang tangan dan kaki. Juga menderita sakit tenggorokan dan batuk kering, mual dan mata seperti terbakar. Panas bisa meningkat hingga 104 derajat Fahrenheit, tapi akan menurun setelah 2 hingga 3 hari. Gejala saluran nafasnya sendiri bisa berupa pilek dan batuk.
4. Komplikasi
Komplikasi yang dapat tejadi diantaranya otitis media, sinusitis, myositis, bonchitis,pneumonia primer, enchephalitis, pericarditis, myocarditis, dan thromboplebitis
Efek Pada Janin
Belum ada bukti kuat bahwa virus influenza A menyebabkan malformasi kongenital tidak dapat mengidentifikasi adanya kaitan antara peningkatan influenza trimester petama pada 248 ibu dan anak anensefalus. Sebaliknya, melaporkan peningkatan defek tabung saraf pada anak yang lahir dari wanita dengan influenza pada awal kehamilan. Hal ini mungkin berkaitan dengan terjadinya hipertermia secara meyakinkan memperlihatkan bahwa virus dapat menginfeksi janin, paling tidak pada akhir kehamilan. Terdapat bukti yang kontroversial bahwa terpajannya janin ke influenza A dapat menyebabkan skizofrenia di kemudian hari
5. .Penatalaksanaan
Deteksi Dini
a.Subjektif
Ibu biasanya mengeluhkan satu atau lebih gejala yang mengarah kepada influenza.Objektif Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan hal sebagai berikut
• Temperatur suhu meningkat (biasanya diantara 38° dan 40° C [100.4°-104° F])
• Berat badan menurun (jika disertai mual dan muntah)
• Takipnea (jika disertai pneumonia)
• Takikardi (jika terdapat demam yang signifikan, dehidrasi, atau disertai pneumonia atau perikarditis)
• Hiperemia pada hidung
• Hiperemia pada Pharing
• Eritema konjungtiva
3.PNEUMONIA
1.DEFINISI
Pneumonia merupakan suatu infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bermacam-macam patogen, termasuk bakteri, virus, dan jamur. Individu mungkin terinfeksi organisme tersebut melalui transmisi dari penyebaran daerah pernapasan atas, melalui peredaran darah, atau melalui dahak yang terinfeksi (Mays & Leiner, 1996)Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
2.ETIOLOGI
Patogen penyebab utama pneumonia seringnya tidak dapat teridentifikasi pada kasus perorang. Namun, ketika identifikasi pathogen pneumonia telah dilaksanakan, yang terjadi pada ibu hamil sama dengan identifikasi populasi pneumonia pada wanita tidak hamil.Bakteri patogen yang paling sering ditemukan pada wanita hamil diantaranya :
a) Streptococcus pneumonia (S. pneumoniae)
b) Haemohilus influenza (H. influenzae)
c) .Mycoplasma pneumonia (M. pneumoniae)
d) Legionella pneumophila (L. pneumophila)
e) Chlamydia pneumonia (C. pneumonia [TWAR])
f) Moraxella catarrhalis (M. catarrhalis)
(Rigby & Pastroek, 1996; Rodrigues & Niederman, 1992)
Virus pathogen yang berhubungan dengan pneumonia selama kehamilan diantaranya
a) Influenza A.
b) Varicella virus
c) Para-influenza virus
d) Adenovirus
e) .Virus lainnya
Pneumonia yang disebabkan jamur seperti Pneumocystis carinii dan Aspergillus fumigates jarang terjadi pada individu dengan system imun yang baik tapi terjadi pada wanita dengan system imun yang terganggu (pada wanita yang terinfeksi HIV).Infeksi Nosokomial organisme pneumonia juga dapat terjadi. Patogen seringkali berhubungan dengan infeksi nosokomial termasuk :
a) Staphylococcus aureus (S. aureus)
b) Klebsiella pneumonia (K. pneumonia)
c) Eschericia coli (E. coli)
d) .Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa)
e) Virus Influenza tipe A dan B
3. FAKTOR PREDISPOSISI
Wanita yang mengalami satu atau lebih dari beberapa hal dibawah ini yaitu (Rigby & Pastroek, 1996 ; Shannon, 1995) :
a) .Penggunaan rokok
b) Riwayat penyakit jantung ataupun paru-paru
c) Riwayat splenektomi
d) Riwayat Penyakit kronis (seperti penyakit ginjal)
e) Riwayat penggunaan alcohol narkoba suntik.
f) Riwayat penurunan imun (seperti infeksi HIV, pemberian obat immunosuppressive)
g) Riwayat Anemia
h) Riwayat infeksi pernapasan atas yang baru terjadi, influenza, serangan virus (seperti rubella, varisela
i) .Riwayat hospitalisasi
j) Baru saja Imgrasi
4. TANDA DAN GEJALA
a.Pneumonia Bakteri
Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.Ibu tiba-tiba akan mengalami beberapa gejala dari gejala yang ada di bawah ini
1) Demam, biasanya lebih tinggi dari 380 C (khususnya pasa ibu dengan pneumococcal pneumonia)
2) Batuk dengan suara yang berat, mengeluarkan nanah dan atau lendir yang sedikit berdarah.
3) Menggigil
4) Sakit dada
5) Dyspneu
6) Malaise
7) Sakit kepala (jarang)
8) Myalgia (Nyeri otot)
9) Perubahan pada status mental (sering terjadi pada L.Pneumonia)
10) Nausea, Vomiting, diare, (biasanya berhubungan dengan L.Pneumonia)
b.Pneumonia Virus
Gejala yang berhubungan dengan pneumonia yang disebabkan virus hamper sama dengan gejala yang terjadi pada Pneumonia yang disebabkan bakteri. Namun, lebih lanjut lagi akan ada laporan mengenai hasil pemeriksaan yang utama pada ibu dengan pneumonia ini adalah adanya infeksi karena virus.
1) Riwayat exanthema virus yang mengindikasikan infeksi virus rubella atau varisela yang baru terjadi.
2) Riwayat gejala yang mengindikasikan influenza yang baru terjadi.
c.Pneumonia Tipikal atau Mikoplasma
Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal ( Atypical Penumonia ).
Pneumonia mikoplasma mulai diidentifikasi dalam perang dnia II. Mikoplasma adalah agen terkecil dialam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya.Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Pneumonia yang terjadi yaitu dengan adanya serangan berangsur-angsur pada beberapa gejala di bawah ini yaitu (Mays & Leiner, 1996; Shannon, 1995) :
1) Sakit kepala
2) Malaise
3) Demam dengan tingkat rendah
4) Sakit Tenggorokan
5) Pembesaran kelenjar getah bening
6) Batuk tidak berdahak yang terus menerus (khususnya bila M.Pneumonia)
7) Rasa tidak nyaman pada otot dada (buka sakit pleura)
8) Gejala yang berhubungan dengan sinusitis, Sakit Kepala, Cairan hidung bernanah, Demam, Sakit pada tepi kelopak mata
9) Gejala pada Sistem Saraf Pusat, termasuk leher kaku, masalah koordinasi, kurang pendengaran (terjadi lebih dari 7 persen dari pasien pneumonia yang disebabkan M. Pneumonia)
5. KOMPLIKASI
Peningkatan resiko komplikasi pneumonia selama kehamilan ditemukan berhubungan dengan beberapa factor maternal diantaranya :
a) Ibu menderita penyakit terutama yang berhubungan dengan pneumonia seperti penyakit paru-paru dan infeksi HIV).
b) Status kesehatan ibu saat terjadi manifestasi klinis.
c) Seberapa cepat intervensi therapeutic terhadap penyakit dilakukan. (Berkowitz & SaLala, 1990; Rigby & PAstroek, 1996; Rodrigues & Niederman, 1992)
Komplikasi yang mungkin terjadi diantaranya :
1.Bacteremia
2.Meningitis
3.Penyakit jantung
4.Infeksi influenza
5.TBC
6.Syndrom gangguan pernapasan lanjut
7.Emboli paru dan infark
8.Neoplasma
9.Penurunan system imun
10.Pertussis
11.IUGR
6. PENATALAKSANAAN/MANAJEMEN
a.Deteksi Dini
1) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang ditemukan pada kehamilan dengan pneumonia (Rigby & Pastroek, 1996; Rodrigues & Niederman, 1992) diantaranya :
a) Keadaan Umum
Mungkin tampak cemas, khawatir, risau atau bingung, tergantung pada tingkat hipoksia dan/ atau kesakitan yang bersamaan (seperti meningitis)
b)Tanda-tanda Vital
• Suhu mungkin meningkat ataupun normal
• Tekanan Darah mungkin normal atau menurun (jika syok atau dehidrasi b
• erat)
• Nadi mungkin meningkatPernapasan mungkin normal atau meningkat; ortophnea mungkin terjadi.
c)Kulit
• Warna kulit mungkin normal atau keabu-abuan menuju sianosis tergantung pada perfusi oksigen ibu.
• aringan turgor yang kurang baik dapat terjadi pada ibu dengan dehidrasi.
• Bintik-bintik merah dapat terjadi pada ibu yang terinfeksi virus dan jamur (seperti Coccidioides immits) secara serentak bersamaan.
d) dada
• Pada pemeriksaan,
• Palpasi dinding dada
Tenderness palpasi otot interkosta
Peningkatan getaran yang terasa dapat terjadi pada daerah konsolidasi.
• Pada perkusi dada dapat menunjukkan
Penurunan ekskursi diafragma pada bagian yang terserang, jika terjadi penumpukan cairan pleura pada pangkal paru.
Bunyi Dullnes pada daerah konsolidasi
• Pada auskultasi paru dapat menunjukkan
Bunyi berdetak
Bunyi napas bronchi atau tubular (jika ada konsolidasi)
Bunyi gesekan pleura (jika ada efusi pleura)
Adanya penurunan atau tidak ada bunyi napas vesicular (jika ada efusi pleura)
Peningkatan bronchophonia, egophonia, bising paru (jika ada efusi pleura)
Pada auskultasi dapat terdengan bunyi murmur sistolik. (jika ada efusi pleura)
e) Abdomen
• Palpasi menyeluruh
Selama kehamilan, wanita dengan pneumonia mungkin mengalami masalah pernapasan yang minimal, namun akan mengemukakan bahwa mereka mengalami sakit atau ketidaknyamanan pada daerah abdomennya.
• TFU lebih kecil daripada normalnya usia kehamilan dapat terjadi. (jika IUGR)
f)Pada pemeriksaan saraf dapat menunjukkan kaku kuduk (jika Sistem Saraf Pusat terlibat)
2)Pemeriksaan Penunjang
a) Tes Darah lengkap (Complete Blood Count)
Pneumonia bakteri (khususnya S.pneumonia) biasanya menunjukkan leukositosis.
Hemoglobin/Hematokrit mengalami peningkatan pada ibu dengan dehidrasi atau mengalami penurunan bila ibu menderita anemia pula.
b) Tes serum kimia
c) Gas darah dapat menunjukkan adanya hipoksia
d) Tes radiografi dada
e) Titer serum antibody
3) Penanganan Awal
• Manajemen pengobatan ibu hamil dengan pneumonia harus kolaborasi dengan dokter.
• Ibu hamil yang sedang mengalami gejala yang parah, terdapat tanda hipoksia, riwayat menjalani pengobatan yang dapat melemahkan respon imun, atau yang telah didiagnosa terinfeksi organisme berbahaya maka harus dirawat di rumah sakit.
• Untuk kelompok tanpa komplikasi, rawat jalan memungkinkan untuk dilakukan. Pengobatan empiris antibiotic untuk suspek pneumonia bakteri sebaiknya dilakukan sesuai dengan pathogen penyebab penyakit tersebut. (seperti S.pneumoniae, H.influenzae). Antibiotik yang dapat diberikan diantaranya :
Amoxicillin dan clavulanate
Cefuroxime
Trimethoprim/sulfamethoxazole
• Ibu dengan pneumonia virus dan jamur harus dikonsultasikan dengan dokter.
• Segera lakukan pemeriksaan kehamilan (seperti NST, Index cairan amnion) antara usia kehamilan 32-36 minggu pada ibu dengan IUGR atau yang memiliki riwayat mengalami pneumonia selama kehamilannya.
• Anjurkan ibu melakukan pemeriksaan USG setiap 3-4 minggu sekali pada ibu dengan IUGR untuk menilai perkembangan janin.
• Vaksin Pneumococcal direkomendasikan untuk ibu dengan :
Sistem imun yang baik tapi memiliki penyakit kronis (seperti diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit paru-paru, pengguna alcohol)
Kerusakan imun (seperti kerusakan ginjal kronik, lymphoma, myeloma multiple, atau dengan keadaan transplantasi organ)
Terinfeksi HIV (Asymtomatik maupun Simptomatik)
Tinggal di lingkungan atau keadaan social yang teridentifikasi dapat meningkatkan resiko penyakit pneumonia dan komplikasinya.
• Vaksin pneumococcal polyvalent 0,5 mL IM dapat melindungi dari 23 jenis S. Pneumonia pada ibu dengan system imun yang baik.
Catatan : Durasi imunisasi tidak diketahui, namun diperkirakan dapat melindungi untuk jangka waktu 5 sampai 10 tahun. Pneumococcal merupakan vaksin dari bakteri yang telah mati, dengan dampak pada janin yang tidak diketahui. Idealnya, vaksin ini seharusnya diberi terlebih dahulu sebelum kehamilan atau setelah trimester pertama kehamilan.
• Vaksin Influenza seharusnya diberi setahun sekali pada ibu yang akan mengalami hal yang sama atau dengan usia kehamilan lebih dari 14 minggu selama musim influenza.
4) Penanganan Lanjut
• Jika ibu di rawat di rumah sakit, jadwal kunjungan lanjutan seperti yang direkomendasikan dokteryang bertanggungjawab untuk perawatannya.
• Evaluasi lanjutan dilakukan pada beberapa ibu yang gejalanya tetap ada setelah terapi yang tepat dan sesuai, yang mungkin saja tidak menurut pada sejumlah perawatan atau yang mengalami komplikasi dari gejala yang ada.
• Ibu yang menjalani rawat jalan dan tanpa tanda adanya masalah kehamilan sebaiknya harus kembali untuk melakukan pemeriksaan kehamilan rutin sesuai perjanjian khusus dengan institusi perawatan.
• Ibu yang mengalami komplikasi kehamilan (seperti IUGR) harus melanjutkan pemeriksaan klinis dan pengawasan janin (seperti NST dan ultrasound).
• Dokumentasikan diagnosis pneumonia dan pengobatannya pada catatan perkembangan serta daftar masalah
C. PENYAKIT TRAKTUS DIGESTIVUS (ALAT PENCERNAAN)
Terdapat perubahan fungsi alat pencernaan dalam kehamilan adalah hal yang biasa. Perubahan-perubahan tersebut umumnya tidak berarti dan tidak berbahaya, dan akan dapat ditanggulangi dengan mudah dengan penerangan, obat-obat yang relatif ringan atau dengan melalui pendekatan psikologis.
Ada tiga faktor yang menyebabkan perubahan fungsi alat pencernaan tersebut dalam kehamilan, yaitu perubahan hormonal, anatomik dan fisiologik kehamilan dan ketiga faktor tersebut akan memberikan pengaruh pada fungsi alat pencernaan. Selama kehamilan akan terjadi pula penurunan gerakan saluran alat cerna karena tonus otot-otot alat pencernaan yang berkuran, disamping itu terdapat pula perubahan letak serta penekanan yang disebabkan oleh pembesaran rahim (uterus). Perasaan mual, muntah, nafsu makan menurun, ketidaksukaan pada makanan tertentu atau bau-bauan yang dapat diobati dengan menghindari makanan atau bau-bauan tersebut atau dengan pemberian obat-obat yang relatif ringan ternyata sudah cukup.
1. MULUT
Ptialismus, syalorec, hipersalivas Pada kehamilan trisemester pertama, kemungkinan dijumpai produksi air ludah berlebihan dari biasa, sehingga menyebabkan wanita hamil tersebut seringkali membuang ludah. Produksi air ludah yang berlebihan ini disebut ptialismus. Hal ini karena ketidaksanggupan wanita tersebut menelan air ludahnya sebagai akibat dari perasaan mual. Pengobatan khusus tidak ada, cukup dengan pendekatan dan penerangan serta psikologik.
2. KARIES
Dalam kehamilan sering dijumpai gingivistis dan karies dentis, akan tetapi tidaklah beralasan kehamilan sebagai penyebab menigkatnya kejadian karies dentis. Karies dentis sebelum hamil sudah ada, dan kekurangan kalsum akan memperburuk kerusakan giginya seperti juga sebelum hamil. Pengobatan yaitu dengan merawat gigi, mulut, serta mencukupi kebutuhan kalsium dalam kehamilan.
3. ESOPAGUS
Pirosis (heartburn,nyeridada) Pirosis ialah perasaan nyari didada, karena masuknya isi lambung kedalam esofagus bagian bawah. Keluhan sering ditemukan dalam kehamilan, terutama dalam posisi tengkurap,atau menelan sesuatu makanan tertentu atau obat. Pada kehamilan tua, mungkin kelainan ini agak sering dijumpai karena pengaruh tekanan rahim yang membesar. Pada esfagos terjadi esofagitis, akan tetapi pada endoskopi tidak kelihatan ada tanda-tanda radang, hanya secara histologik dapat dilihat. Isi lambung tersebut berisi asam klorida, pepsin serta makanan. Pirosis biasanya tidak akan menimbulkan komplikasi seperti striktura, pendarahan, karena waktunya sebentar saja. Pengobatan cukup dengan obat antasid, mengubah posisi tubuh dan menegakkan kapala serta mencegah tengkurap setelah makan. Keadaan yang lebih berat, kadang-kadang menyebabkan penderita sulit menelan, ada pendarahan (hematesis) sebagai akibat terjadi esofagitis erosif. Pengobatannya tetap seperti diuraikan diatas, yaitu konservatif.
4. Esofagitis’erosiva
Esofagitis erosiva merupakan akibat yang gawat dari kembalinya isi lambung kedalam esofagus dan agaknya tidak mempunyai hubungan dengan hiperemesis gravidarum. Gejala yang paling sering dijumpai ialah nyeri waktu menelan (disfagia) disertai pirosis. Hematemesis dapat terjadi, dan esofagoskopi menunjukkan erosio berdarah pada selaput lender satu pertiga bawah esofagus.Penanggulangan sama dengan pada pirosis biasa. Apabila terjadi hematemesis, penderita disuruh minum air es atau menelan es batu kecil-kecil. Biasanya kelainan ini sembuh sama dengan sendirinya setelah kelahiran. Striktura esofagei yang sampai memerlukan dilatasi jarang terjadi.
Varises’esofagei.Varises esofagei ini akibat sirosis hepatis menjadi lebih besar dan mudah pecah dalam kehamilan, karena hipervolemia kehamilan dan hipertensi portal.
5. LAMBUNG
Hernia hiatus diafragmatika
. Hernis histus diafragmatika ialah masuknya bagian atas lambung kedalam lubang diafragma. Kelainan ini seringdijumpai dalam kehamilan, kira-kira 17 % terutama dalam kehamilan trisemester III dan sering pada multipara dalam usia lanjut. Kelainan ini akan sembuh sendiri, setelah anak lahir. Penderita mungkin mengeluh tentang ganguan pencernaan berupa pirosis,muntah, kadang-kdang hematisis, berat badan menurun atau kadang-kadang tak ada keluhan sama sekali. Kalau keluhan meningkat, mungkin ada hubungan dengan dua faktor yaitu wanita tersebut telah menderita hernia hiatus dan isi lambung yang bertambah besar, sedangkan kalau mengira gejala-gejala tersebut disebabkan oleh karena hamil biasa, sedang kalau diperiksa dengan foto rontgen mungkin dijumpai adanya hernia. Hernia hiatus jarang mengalami strangulasi hernia dalam kehamilan, dan kalau ada biasanya penderita mengeluh sesak napas, sianotik, kadang-kadang dapat jatuh dalam syok.
Penanganannya adalah simptomatik, penderita ditidurkan setengah duduk, makanan diberikan dalam porsi kecil-kecil. Kalau hernia tersebut telah diketahui sebelum hamil, sebaiknya penderita tidak hamil, atau dilakukan operasi lebih dulu.
6. Ulkus peptikum
Ulkus peptikum jarang dijumpai dalam kehamilan, perjalanan penyakitnya bervariasi. Pada wanita yang mempunyai ulkus peptikumsebelum hamil, biasanya setelah hamil, penyakit akan menjadi lebih baik, bahkan dapat sembuh. Terutama pada trisemester pertama dan kedua, karena rendahnya sekresi asam lambung dan meningkatnya produksi getah lambung, walaupun kadang-kadang ulkus mungkin lebih hebat gejalanya dan yang sering dijumpai adalah rasa kejang dan perih diperut bagian atas (yang dapat hilang dengan memakan makanan atau obat alkalis), rasa panas, rasa tak enak didiaerah epigastrium. Gejala lebih sering terjadi atau dirasakan 2 atau 3 jam sesudah makan. Perforasi jarang terjadi.oelh karena itu penanganan ulkus peptikum dalam kehamilan umumnya konservatif, jarang atau hampir tidak ada dengan tindakan operatif.
7. Gastritis
Diagnosis gastritis sering dibuat dalam kehamilan muda, hanya atas dasar keluhan penderita, seperti mual, muntah-muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri didaerah epigastrium dan sebagainya. Dan setelah diperiksa dengan teliti ternyata penderita tidak menderita gastritis akan tetapi mungkin emesis (hiperemesis), pirosis, esofagitis. Penderita diobservasi dan ditentukan terapi konservatif seperti gastritis diluar kehamilan.
8. USUS HALUS
Baik ileus obstruktif maupun ileus paralitik dapat dijumpai dalam kehamilan yang kadang-kadang tidak diketahui, karena gejala-gejalanya sering disalah tafsirkan sebagai gejala-gejala kehamilan biasa, seperti mual, muntah, konstipasi, uterus kontraksi, kejang otot dan sebagainya. Diagnosis dibuat atas dasar gejala-gejala muntah, muntah, konstipasi, bising usus meningkat seperti bunyi logam. Tindakan operasi harus harus segera dilakukan bila diagnosis telah dipastikan, karena terlambat melakukan tindakan akan memperburuk keadaan umum penderita, bahkan meningkatkan kematian. Dalam kehamilan biasa, tonus dan peristaltik usus berkurang, sehingga tak jarang gejala-gejala ileus paralitik dalam kehamilan dan nifas., dan hal ini haruslah dibedakan dari ileus paralitik dalam kehamilan dan dan nifas.pada ileus paralitik tanpa komplikasi lain seperti makanan parenteral, pemasangan pipa hidung lambung, dan cairan lambung diisap terus-menerus, serta pemberian antibiotika, vitamin aneurin 25-50 mg intra muskular, dan biasanya dalam waktu 3-5 hari akan sembuh.
9. Volvulus
Dengan makin tuanya kehamilan dan makin membesarnya uterus, usus-usus halus dapat berputar pada pangkalnya, sehingga terjadi penjiratan seluruh ileum. Akibatnya sangat gawat dan menyebabkan kematian apabila tidak segera dikenal dan dioperasi. Keadaan lain yang dapat pula menyebabkan volvulus ialah perpanjangan mesokolon, hernia diafragmatika, perekat usus dan terdapat peta kongenital dalam rongga perut Gambaran klinik berupa perut yang menunjukkan tanda-tanda gawat mendadak terdiri atas gejala-gejala obstruksi usus disertai muntah-muntahyang hebat. Keadaan umum cepat memburuk akibat gangguan elektrolit dan keracunan nadi sangat cepat dan suhu meningkat.
10. Hernia
Berbagai macam hernia dapat dijumpai dalam kehamilan seperti hernia inguinalis, femoralis, umbilikalis dan sikatrisea, yang biasanya tidak menimbulkan keluhan.Penanganam hernia dalam kehamilan sama dengan diluar kehamilan apabila timbul gejala-gejala gawat. Hernia umbilikalis dan hernia sikatrisea tetap membesar oleh kehamilan. Apabila ada perlekatan usus dengan omentum tarikan pada oemntum sering menyebabkan rasa nyeri.
11. Ileitisregionalis
Ileitis regionalis seperti dilaporkan oleh Crohn danYarnis merupakan suatu proses granulamatus ileum bagian akhir yang tidak khas yang meliputi peradangan, nekrosis dan perparutan. Apabila penderita menunjukkan gejala-gejala yang berat dan reaksi negatif terhadap kehamilannya maka bekerja sama dengan psikiater dapat dipertimbangkan abortus buatan, walaupun ini jarang diperlukan.
12. USUS besar
Appendisitis akuta Kejadian appendisitis akuta dalam kehamilan dan di luar kehamilan tidaklah berbeda. Kejadiannya satu di antara 1000 sampai 2000 wanita hamil. Akan tetapi kejadian perforasi, lebih sering pada kehamilan, yaitu 1,5 sampai 3,5 kali dari wanita tidak hamil. Hal ini karena diagnosis dini appendisitis akuta kadang-kadang sulit dibuat sering meragukan, atau dikacaukan oleh keadaan-keadaan lain seperti :
• Gejala dan tanda rasa mual, muntah anoreksia, perut gembung, dan nyeri di perut sering dijumpai pula pada kelainna lain dari appendisitis.
• Adanya leukositosis fisiologik dalam kehamilan yang mungkin menyerupai jumlah leukosit pada appendisitis akuta.
• Berpindahnya letak soekum akibat dorongan rahim yang main membesar, menyebabkan letak appendiks juga berpindah. Pada akhir pertengahan usia kehamilan, appendiks terletak di bagian kanan atas, sehingga gambaran klinik yang diberikan oleh appendisitis yang biasa tidak menunjukkan gambar yang seperti di luar kehamilan.
• Adanya relaksasi otot-otot dinding perut pada kehamilan lanjut, menyebabkan tanda-tanda nyeri, kekakuan dinding perut, menjadi tak jelas.
• Tanda-tanda appendisitis akuta, kadang-kadang diperlihatkan pula oleh kelainan-kelainan lain, seperti pada kehamilan muda dengan adanya kista yang terputar, batu ureter, pielonefritis akuta, salpingitis akuta; rasa nyeri dari ligamentum rotundum pada kehamilan lebih lanjut, solusi plasenta tingkat permulaan, infeksi saluran kemih, persalinan prematur, obstruksi usu halus. Pada masa nifas adanya endometritis atau adneksitis.
Untuk membuat diagnosis yang tepat, perlu dilakukan anamnesis yang cermat, serta pemeriksaan yang teliti. Adanya rasa nyeri yang tiba-tiba di daerah periumbilikal juga yang menjalar ke daerah appendisitis, rasa mual, muntah-muntah yang tidak pernah sebelumnya dirasakan, maka pertama-tama penyebabnya perlu dipikirkan karena appendisitis akuta, disamping sebab-sebab yang telah dikemukakan di atas. Wanita hamil dengan appendisitis akuta, harus segera dilaparotomi dan dilakukan appendektomia, tanpa memikirkan usia kehamilan.
Dalam keragu-raguan diagnosis, laparotomi juga harus dilakukan, walaupun ternyata setelah laparotomi tidak ditemukan appendiks yang meradang.Mengambil tindakan konservatif adalah salah, sebab bila appendistis tersebut mengalami perforasi karena tindakan terlambat dapat menimbulkan kematian Ibu dan janin. Insisi perlu dibuat lebih tinggi dari biasa yaitu paramedial kanan kira-kira setinggi fundus uteri. Manipulasi pada uterus gravidus ini sedapat mungkin dihindari, dan drain hanya dipasang apabila ada abses.
Biasanya kehamilan akan berlangsung terus sampai saat persalinan. Bila appendistis akuta dibuat pada kehamilan lebih dari 34-35 minggu, dilakukan seksio sesurea dan appendektomia. Uterus yang membesar tersebut akan menyulitkan mencari appendiks di samping itu bila penderita masuk dalam persalinan pasca laparotomi, luka dapat terbuka kembali karena luka belum sembuh sempurna dan belum kuat. Kalau terjadi perforasi atau abses dipertimbangkan untuk melakukan appendektomia dan seksio histerektomia. Prognosis appendisitis dalam kehamilan lebih buruk dari di luar kehamilan, dan diagnosis dini serta tindakan yang segera diambil berupa laparatomi dan pemberian antibiotika, akan dapat menolong penderita serta akan memperbaiki prognosis. Komplikasi yang sering atau mungkin dijumpai pada kehamilan adalah abortus atau partus prematurus.
13. Kolitis ulserosa
Kolitis ulserosa yang biasanya menahun merupakan suatu penyakit peradangan disertai ulkus-ulkus pada mulanya di rektum, kemudian menjalar ke atas dan dapat sampai ke usus halus. Perjalanan penyakit dalam kehamilan tak dapat diramalkan sebelumnya, sangat bervariasi. Biasanya bagian usus yang terserang adalah mukosa dan submukosa, jarang lapisan otot dan serosa. Gejala-gejala klinik tersering adalah diarea dengan darah, nanah atau lendir, badan panas, leukositosis, takikardia, perut terasa tidak enak, malas makan dan berat badan menurun. Komplikasi penyakit ini mungkin dapat terjadi perforasi, perdarahan sehingga penderita jadi anemia, defisiensi protein dan vitamin.
Pengaruh penyakit ini terutama terhadap kesehatan Ibu, pada janin atau kehamilan tidak begitu banyak. Sedangkan pengaruh kehamilan pada penyakit ini, dapat menimbulkan keadaan lebih berat, yaitu penyakit yang tadinya kurang aktif dapat jadi aktif, terutama pada trimester pertama dapat terjadi perforasi. Etiologi penyakit ini secara pasti belum diketahui, akan terapi faktor psikogenik dianggap mempunyai pengaruh penting pada kolitis ulserasi ini, seperti perubahan-perubahan emosionil,kecemasan ketakutan dan lain-lain selama kehamilanPenerangan diberikan pada penderita kolitis ulserosa ini, baik sebelum hamil maupun dalam kehamilan. Perahtikan dan terangkan faktor penyakit penderita, diet yang mudah diserap, kalau perlu antiodiare dan antibiotika. Mereka yang telah ahmil, kehamilan dapat dteruskan, dan persalinan dapat per vaginam. Pada keadaan dimana anak sudah cukup, penderita menderita kolitis ulserosa, sebaiknya tidak hamil lagi, dan ikut keluarga berencan. Dapat dilakukan sterilisasi.
14. Tumor Ganas Usus Besar
Tumor ganas usus besar biasanya karsinoma, jarang dijumpai dalam kehamilan tidak terdapt bukti-bukti bahwa kehamilan mempengaruhi jalannya karsinoma koliet rekti. Karena itu, anortus buatan tidak dilakukan. Walaupun demikian penyakit ini dapat mempengaruhi persalinan.Penanggulangan tumor ganas usus besar dalam kehamilan ialah dengan jalan operasi, saran seperti diluar kehamilan.
Apabila operasi dilakukan dalam triwulan II dan III, maka mungkin uterus seperti isinya perlu diangkat untuk memudahkan opersi rektum. Pada penderita karsinoma kolon, apabila kehamilan sudah cukup bulan, dapat ditunggu partus pervaginam. Apabila terdapat gejala-gejala obstruksi usus, mungkin diperlukan kolostomiasebelum persalinan atau operasi. Dalam kehamilan trimester III sebelum 38 minggu, pada penderita karsinoma rekti dilakukan seksiop histerektomia. Setelah anak lahir, selekasnya dilakukan operasi rektum.
15. Megakolon
Megakolon sangata jarang dijumpai dalam kehamilan, usus besar yang asangat meluas terisi penuh dengan skibala menyebabkan konstipasi yang kadang-kadang sangat sulit untuk diatasi. Dalam persalinan megakolon yang terisi penuh, dapat menghalang-halangi turunnya kepal, sehingga dapat terjadi ruptura uteri.
Di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkosumo, Jakarta, pernah datang seorang wanita dengan ruptura uteri dan meninggal. Pada bedah mayat ternyata ruptura uteri disebabkan oleh megakolon.
16. DAERAH ANUS
Praritus ani
Pruritus ani kadang-kadang dijumpai dalam kehamilan dan dapat sangat mengganggu penderita. Biasanya pengobatan juga sulit. Rasa gatal dapat terbatas di daerah perianal atau menjalar lebih luas sampai di daerah kelamin, bagian dlm paha, dan pantat. Karena rasa gatal, daerah itu digaruk, yang menimbulkan / menambah iritasikulit;dan seterusnya ini menambah rasagatal.
• ruritus ani dapat dibagi dalam 2 golongan :
1) yang mempunyai sebab organik, dan
2) yang disebabkan faktor psikogenik.
Dalam golongan pertama termasuk pruritus yang disebabkan oleh fissura et fistula ani, proktitis, wasir, jamur, diabetes mellitus, alergi terhadap benang sintetik pakaian dalam, atau ukuran pakaian yang tidak sesuai. Golongan kedua biasanya disebabkan oleh konflik emosional dalam kehamilan yang berdasarkan ketidakmatangan psiko-seksual. Penanggulangan harus dimulai dengan menghilangkan / menghindarkan faktor penyebabnya. Iritasi kulit akibat garukan diobati dengan salep kortison. Apabila pengobatan tidak berhasil dan tidak ditemukan sebab organik, maka sebaiknya dimintakan konsultasi pada psikiater.
Wasir hemoroid
Dalam kehamilan dapat terjadi pelebaran vena hemoroidalis interna dan pleksus hemoroidalis eksterna, karena terdapatnya konstipasi dan pembesaran uterus. Hemoroid ini lebih nyata dan dapat menonjol keluar anus. Wasir yang kecil kadang-kadang tidak menimbulkan keluhan, sedang yang besar sering menimbulkan keluhan bahkan dapat menimbulkan komplikasi hebat yaitu rasa nyeri serta perdarahan pada saat buang air besar, serta ada sesuatu yang keluar dari anus.
Wasir dapat didiagnosis dengan mudah, yaitu adanya keluhan rasa perih di daerah anus, perdarahan, serta pada pengamatan ditemukan vena yang membengkak di anus atau di rektum. Pada hemoroid interna dan eksterna yang tidak menimbulkan keluhan, tidak perlu diberi pengobatan, dan setelah melahirkan hemoroid tersebut akanmengecil sendirinya.Pada hemoroid yang besar, yang menjadi keluar baik dalam kehamilan atau masa nifas, yang menimbulkan keluhan, perlu dilakukan antara lain reposisi oleh dokter maupun oleh penderita sendiri, dengan menggunakan salep antihemoroid. Usahakan penderita agar memakan makanan yang lunak dan tidak meneran. Pada keadaan yang sudah berdarah, diberi anti-salep atau suppositoria. Tindakan sklerosing atau hemoroidektomia jarang diperlukan.
Fissura ani
Fisura ani merupakan kelainan yang sering dirasakan sangat nyeri dan terdiri atas luka-luka memanjang pada dinding belakang anus. Asalnya tidak diketahui dengan pasti mungkin karena trauma pada mukosa dengan kriptitis, atau sbg akibat pecahnyaabses kista.Mula-mula rasa nyeri dialami pada waktu penderita buang air besar, sehingga penderita segan untuk ke belakang ; kemudian rasa nyeri berlangsung sampai beberapa jam setelah defekasi. Fissura yang baru terjadi dapat diharapkan akan sembuh spontan. Akan tetapi, fissura menahun yang disertai peradangan menahun dengan banyak keluhan memerlukan eksisi lebar semua jaringan yang sakit, disertai insisi muskulus sfingter ani eksternus, juga pada wanita hamil.
D. Perkemihan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Susunan Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan terdiri dari:
a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin,
b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih),
c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan
d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.
Fungsi ginjal
a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh,
d) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
Fascia Renalis terdiri dari:
a) fascia (fascia renalis)
b) Jaringan lemak peri renal, dan
c) kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ginjal
Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
Proses pembentukan urin
1) Proses Filtrasi ,di glomerulus
terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus.
2) Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3) Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
Pendarahan
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut arteriolae eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior.
Persarafan Ginjal
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. . Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
1. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
2. Tunika muskularis (lapisan berotot).
3. Tunika submukosa.
4. . Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
1. Urethra pars Prostatica
2. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
3. Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf
3. . Lapisan mukosa.
Urin (Air Kemih)
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya.
2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
5. Berat jenis 1,015-1,020.
6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam
Komposisi air kemih, terdiri dari:
1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin.
3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
4. Pagmen (bilirubin dan urobilin).
5. Toksin.
6. Hormon
Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.
2. adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).
Ciri-Ciri Urin Normal
1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk
2. . Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan, penyakit yang menyertai kehamilan itu diantaranya adalah penyakit hematologi, pernapasan, pencernaan dan perkemihan. Semua penyakit ini memberikan dampak pada kehamilan sehingga semua penyakit harus bisa ditangani dengan baik sehingga dampak yang ada tidak besar atau minimal atau bahkan tidak ada dampak yang ditimbulkan pada kehamilan baik itu pada ibu maupun pada janin.
Selain itu, dalam penangan penyakit-penyakit ini harus diperhatikan dalam pemberian obat-obatan. Karena dengan pemberian obat-obatan yang salah dapat memberikan efek terutama kepada sang janin. Sehingga kita harus mengetahui jenis obat-obatan yang boleh diberikan kepada ibu hamil dan juga yang tidak boleh diberikan pada ibu hamil. Jangan sampai kita bermaksud memberikan pengobatan untuk kesembuhan tapi malah menyebabkan efek teratogenik pada janin.
B. SARAN
Sebagai saran kami, kita sebagai penolong persalinan kita harus bisa mendeteksi secara dini penyakit-penyakit apa yang menyertai kehamilan sehingga dapat meminimalkan atau menghilangkan resiko cacat atau kematian janin. Kita harus bisa megetahui penanganan yang tepat atau pengobatan yang aman buat kehamilan ibu sehingga persalinan dapat berjalan secara fisiologi. Selain itu, kesadaran dari ibu untuk memeriksakan diri selama hamil sehingga tidak dapat terdeteksi secara dini.
Daftar pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar