BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya.
Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri ( misalnya adanya perubahan tubuh dan hormonal, kehamilannya tersebut tak diinginkan, jarak kehamilan yang terlalu dekat, riwayat keguguran ataupun riwayat obstetric buruk lainnya ) dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan, hingga ke tingkat gangguan jiwa ( psikosis ) yang berat. Namun, ini bukanlah hal yang mengherankan karena ovulasi dan haid juga dapat menimbulkan psikosis. Penderita sembuh setelah anaknya lahir, akan tetapi dalam kehamilan berikutnya biasanya penyakitnya timbul lagi. Eklamsia dan infeksi dapat pula disertai atau disusul oleh psikosis. Selain itu psikosis dapat menjadi lebih berat dalam kehamilan.
Berdasar dar masalah di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai kelainan jiwa dalam kehamilan ( depresi, psikosa dan psikoneurosa ) dengan tujuan agar masyarakat, terutama wanita hamil lebih banyak tentang hal tersebut, mulai dari bentuk-bentuk atau jenisnya sampai cara penanganannya. Dengan mengetahuinya, maka diharapkan mereka yang menganggap kehamilan adalah boomerang dapat meyadari bahwa hal itu adalah fisiologis dan peristiwa kodrati yang harus dilalui dan agar mereka dapat menyesuaikan diri sehingga tidak terjadi lagi hal-hal yang tidak diinginkan dalam hubungannya dengan perubahan emosional.
B. Rumusan Masalah
Berdasar dari latar belakang di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari depresi, psikosa dan psikoneurosa ?
2. Bagaimana gejala dari depresi, psikosa dan psikoneurosa ?
3. Apa saja yang termasuk jenis dari depresi, psikosa dan psikoneurosa ?
4. Apa pengaruh atau dampak dari depresi, psikosa dan psikoneurosa ?
5. Bagaimana penanganan depresi, psikosa dan psikoneurosa ?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui seputar penyakit gangguan jiwa yang menyertai kehamilan, yakni :
1. Untuk mengetahui definisi dari depresi, psikosa dan psikoneurosa
2. Untuk mengetahui gejala dari depresi, psikosa dan psikoneurosa
3. Untuk mengetahui jenis dari depresi, psikosa dan psikoneurosa
4. Untuk mengetahui pengaruh atau dampakdari depresi, psikosa dan psikoneurosa
5. Untuk mengetahui cara penanganan dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Depresi
Kehamilan seharusnya menjadi masa yang paling bahagia bagi seorang wanita, tetapi ada sebagian wanita yang malah menganggap kehamilan sebagai masa kebingungan, sengsara, sedih, stres dan depresi. Sekitar 10 – 20% wanita berusaha untuk melawan gejala depresi dan seperempat sampai setengahnya terkena depresi yang berat.
Depresi selama kehamilan merupakan gangguan mood yang sama halnya dengan depresi yang terjadi pada orang awam pada umumnya yang muncul pada 1 dari 4 wanita yang sedang hamil dan hal ini bukan sesuatu yang istimewa. Pada kejadian depresi akan terjadi perubahan kimiawi pada otak. Dalam hal ini perubahan hormonal pada saat kehamilan akan mempengaruhi kimiawi otak itu sendiri, yang nantinya akan sangat berhubungan erat dengan kejadian depresi dan kecemasan selama kehamilan.
Penyakit ini selalu melanda mereka yang sedang hamil, tetapi sering dari mereka tidak pernah menyadari depresi ini karena mereka menganggap kejadian ini merupakan hal yang lumrah terjadi pada mereka, padahal jika tidak ditangani dengan baik dapat mempengaruhi bayi yang dikandungnya.
a) Pengertian / definisi depresi
Depresi atau biasa disebut sebagai gangguan afektif merupakan salah satu bentuk psikosis. Ada beberapa pendapat mengenai definisi dari depresi, diantaranya yaitu :
• Menurut National Institut of Mental Health, gangguan depresi dimengerti sebagai suatu penyakit “ tubuh yang menyeluruh “ ( whole-body ), yang meliputi tubuh, suasana perasaan ( mood ), dan pikiran.
• Southwestern Psychological Services memiliki pendapat yang mirip dengan National Institut of Mental Health bahwa depresi adalah dipahami sebagai suatu penyakit, bukan sebagai suatu kelemahan karakter, suatu refleksi dari kemalasan atau suatu ketidakmauan “ untuk menoba lebih keras “.
• Staab dan Feldman menyatakan bahwa depresi adalah suatu penyakit yang menyebabkan suatu gangguan dalam perasaan dan emosi yang dimiliki oleh individu yang ditunjuk sebagai suasana perasaan.
Secara umum, depresi sebagai suatu gangguan alam perasaan perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal.
b). Gejala-gejala depresi
Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika:
lima (atau lebih) gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang serta sekurangnya salah satu gejala harus emosi depresi atau kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu.
1. Keadaan emosi depresi / tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
2. Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
3. Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan)
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat)
6. Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari
8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
9. Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.
Adapun bagi ibu hamil, tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan mengalami depresi tidak jauh atau sama halnya dengan gejala-gejala di atas dan waktunya pun kurang lebih 2 minggu, yakni diantaranya sebagai berikut :
ditandai dengan perasaan muram, murung, kesedihan
tidak bisa atau sulit berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan
pekerjaan dan aktivitas sehari-hari terganggu
hubungan calon ibu dengan orang-orang sekitarnya terganggu
kondisi ibu mengancam keselamatan janin
Putus asa, terkadang beberapa ada yang merasa cemas
kadang-kadang dapat sarkastik, nihilistic, tegang, kaku dan menolak intervensi terapeutik
Selain itu, gejala di atas biasanya disertai perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual.
c). Bentuk-bentuk depresi
Terdapat berbagai bentuk depresi, tergantung dari variasi dalam jumlah simptom, tingkat keparahan dan persistensinya.
Namun, secara umum dapat digolongkan menjadi dua yakni :
Depresi unipolar
Merupakan gangguan depresi yang dicirikan oleh suasana perasaan depresif saja. Depresi unipolar terdiri atas :
o Depresi Mayor
Apabila seseorang atau ibu hamil mengalami tanda-tanda atau gejala seperti di atas, maka segera harus ditangani karena bisa saja berubah menjadi lebih serius yang dapat berdampak pada ibu maupun janinnya, yakni menjadi depresi berat atau depresi mayor.
Sindrom depresi mayor ditandai dengan suatu kombinasi simptom yang berpengaruh dengan kemampuan untuk bekerja, tidur, makan dan menikmati salah satu kegiatan yang menyenangkan serta sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka cenderung menarik diri, tidak mampu berkonsentrasi, kurang perhatian, merasa tidak dihargai dan sulit untuk mengingat sesuatu dan yang terutama adalah tidak jarang dari penderita yang ingin bunuh diri. Episode ketidakmampuan depresi ini dapat terjadi hampir setiap hari dan pasti ada yang mendominasi di sepanjang hari. Selain itu, bila tidak teratasai dengan baik dapat muncul sekali, dua kali atau beberapa kali selama hidup.
o Distimia
Merupakan bentuk depresi yang kurang parah karena simptom atau gejala-gejala yang ditunjukkan tidak membuat orang yang mengalaminya menjadi tidak mampu tetapi yang menghindarkan orang yang bersangkutan untuk berfungsi pada tingkat yang penuh atau menghalanginya dari perasaan baik.
Depresi bipolar
Merupakan gangguan depresi yang dicirikan oleh pergantian antara suasana perasaan depresif dan mania, artinya selain depresi, di sisi lain terkadang merasa gembira.
d). Penyebab terjadinya depresi pada kehamilan
Para ahli belum bisa memastikan mengapa depresi terjadi pada wanita hamil, namun diduga perubahan tingkat hormon yang drastis selama kehamilan dan setelah melahirkan menjadi biang keladinya. Selain peningkatan kadar hormon dalam tubuh, menurut penelitian bahwa depresi terjadi karena klien atau penderita depresi memiliki ketidakseimbangan dalam pelepasan neurotransmitter serotonin mayor, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, dan asam gamaaminobutrik . Selain itu,ada pula hasil penelitian yang menyatakan bahwa terjadinya depresi karena adanya masalah dengan beberapa enzim yang mengatur dan memproduksi bahan-bahan kimia tersebut.
Dengan demikian, berdampak pula pada metabolisme glukosa dimana penderita depresi tidak memetabolisme glukosa dengan baik dalam area otak tersebut. Jka depresi teratasi, aktivitas metabolisme kembali normal.
Selain dari faktor organobiologis di atas, pencetus terjadinya depresi adalah karena factor psikologis dan sosio-lingkungan, misalnya karena akan berubah peran menjadi seorang ibu, karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, pasca bencana dan dampak situasi kehidupan sehari-harinya.
Faktor lain yang menyumbang peran dalam terjadinya depresi pada ibu hamil antara lain:
- Riwayat keluarga yang memiliki penyakit kejiwaan
- Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga
- Perasaan khawatir yang berlebihan pada kesehatan janin
- Ada masalah pada kehamilan atau kelahiran anak sebelumnya
- Sedang menghadapi masalah keuangan
- Usia ibu hamil yang terlalu muda
- Adanya komplikasi selama kehamilan
- Keadaan rumah tangga yng tidak harmoni
- Perasaan calon ibu yang tidak menghendaki kehamilan
e) Dampak atau pengaruh depresi terhadap kehamilan
Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan termasuk depresi, selain berdampak pada diri sendiri bisa berimplikasi atau berpengaruh tidak baik terhadap kondisi kesehatan janin yang ada di dalam kandungan. Kita semua pasti mengetahui bahwa perubahan fisik dan hormonal yang terjadi selama masa kehamilan sangat berpengaruh terhadap kondisi wanita yang sedang hamil. Depresi yang tidak ditangani akan memiliki dampak yang buruk bagi ibu dan bayi yang dikandungnya. Ada 2 hal penting yang mungkin berdampak pada bayi yang dikandungnya, yaitu :
• Pertama adalah timbulnya gangguan pada janin yang masih didalam kandungan
• Kedua munculnya gangguan kesehatan pada mental si anak nantinya
Depresi yang dialami, jika tidak disadari dan ditangani dengan sebaik – baiknya akan mengalihkan perilaku ibu kepada hal – hal yang negatif seperti minum-minuman keras, merokok dan tidak jarang sampai mencoba untuk bunuh diri. Hal inilah yang akan memicu terjadinya kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan yang rendah, abortus dan gangguan perkembangan janin. Kelahiran bayi prematur juga akan menjauhkan dekapan seorang ibu terhadap bayi yang dilahirkan , karena si bayi akan ditempatkan di inkubator tersendiri. Apalagi jika sudah mengalami depresi mayor yang identik dengan keinginan bunuh diri, bisa saja membuat langsung janinnya meninggal.Ibu yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungannya dan bahkan kesehatannya sendiri.
f). Cara Penanganan
Strategi kesehatan yang bisa diterapkan pada saat masa kehamilan untuk mengantisipasi depresi yaitu menjadikan masa hamil sebagai pengalaman yang menyenangkan, selalu konsultasi dengan para ahli kandungan, makan makanan yang sehat, cukup minum air, mengupayakan selalu dapat tidur dengan baik dan melakukan senam bagi ibu hamil. Disamping itu juga melakukan terapi kejiwaan supaya terhindar dari depresi, lebih meningkatkan keimanan dan tentunya mendapat dukungan dari suami dan keluarga.
Sedangkan bagi yang telah terdiagnosis, perencanaan kehamilan sangat penting pada wanita hamil yang didiagnosis depresi, sebaiknya kehamilannya perlu direncanakan atau dikonsultasikan dengan ahli kebidanan dan kandungan, dan psikiater tentang masalah resiko serta keuntungan setiap pemakaian obat-obat psikofarmakologi. Rawat inap sebaiknya dipikirkan sebagai pilihan pengobatan psikofarmakologis pada trimester I untuk kasus kehamilan yang tidak direncanakan, dimana pengobatan harus dihentikan segera dan apabila terdapat riwayat gangguan afektif ( depresi ) rekuren.
Ada 3 fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam Panel Pedoman Depresi ( Depression Guideline Panel ) :
1. Fase akut
Gejalanya ditangani, dosis obat disesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan dan klien diberi penyuluhan.
2. Fase lanjut
Klien dimonitor pada dosis efektif untuk mencegah terjadinya kambuh. Pada fase pemeliharaan, seorang klienyang beresiko kambuh sering kali tetap diberi obat bahkan selama remisi.
Untuk klien yang dianggap tidak beresiko tinggi mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.
Penggunaan antidepresan trisiklik sebaiknya hanya pada pasien hamil yang mengalami depresi berat yang mengeluhkan gejala vegetatif dari depresi, seperti menangis, insomnia, gangguan nafsu makan dan ada ide-ide bunuh diri.
Selective serotonin reuptake inhibitors ( SSRIs ) terbukti sudah sangat berguna untuk menangani depresi sehingga menjadi pilihan untuk ibu hamil, mencakup fluoksetin dan sertralint. Obat ini menjadi pilihan karena obat tersebut lebih sedikit memiliki efek antikolinergik yang merugikan, toksisitas jantung, dan bereaksi lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin ( MOA ) serta tidak menyebabkan hipotensi ortostatik, konstipasi dan sedasi.
Disamping itu, psikoterapi atau metode support group secara ruti harus dilakukan bila ada konflik intrapsikis yang berpengaruh pada kehamilan. Terapi perilaku kognitif sangat menolong pasien depresi dan disertai antidepresan. Terapi elektrokompulsif (ECT) digunakan pada pasien depresi psikotik untuk mendapatkan respon yang lebih cepat, bila kehidupan ibu dan anak terancam, misalnya pada depresi hebat dan klien sampaiingin bunuh diri atau jika tidak berespon terhadap pengobatan antidepresan.
Dalam menghadapi klien penderita depresi, harus dilakukan dengan sikap serius dan mengerti keadaan penderita. Kita harus memberi pengertian kepada mereka dan mensupport atau memberikan motivasi yang dapat menenagkan jiwanya. Hendaknya jangan menghibur, memberi harapan palsu, bersikap optimis dan bergurau karena akan memperbesar rasa tidak mampu dan rendah diri.
B. Psikosa
Psikosa adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) atau dengan kata lain, psikosa adalah tingkah laku secara keseluruhan dalam kepribadiannya berpengaruh tidak ada kontak dengan realitas sehingga tidak mampu lagi menyesuikan diri dalam norma-norma yang wajar dan berlaku umum.
Tanda-tanda atau gejala-gejala psikosa yaitu :
pada umumnya gejalanya tidak mampu melakukan partisipasi sosial
halusinasi.
sejumlah kelainan perilaku, seperti aktivitas yang meningkat, gelisah, retardasi psikomotor dan perilaku katatonik.
sering ada gangguan lingkungan.
sosialnya membahayakan orang lain dan diri sendiri.
adanya gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan, dan bertindak sesuai kenyataan.
Psikosa umumnya terbagi dalam dua golongan besar yaitu:
1. Psikosa fungsional
Merupakan gangguan yang disebakan karena terganggunya fungsi sistem transmisi sinyal pengahantar saraf ( neurotransmitter ). Factor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau penglaman yang terjadi selama sejarah kehidupan seseorang.
2. Psikosa organik
Merupakan gangguan jiwa yang disebabkan karena ada kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, misalnya ada tumor atau infeksi pada otak, keracunan ( intoksikasi ) NAZA.
Adapun jenis-jenis psikosa yaitu terdiri atas :
Skizofrenia
Skizofrenia merupakan jenis psikosa yang paling sering dijumpai. Skizofrenia pada kehamilan dapat muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan :
(a) Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak janin.
(b) Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan.
(c) Komplikasi kandungan.
(d) Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.
Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai faktor epigenetik tersebut, bila mengalami stresor psikososial dalam kehidupannya, maka risikonya lebih besar untuk menderita skizofrenia dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetik sebelumnya.
Karakteristik dari skizofrenia adalah adanya gangguan pikiran, persepsi seperti halusinasi pendengaran, waham kebesaran, sosiasi longgar dan bicara kacau. Selama fase akut, kehamilan dan skizofrenia sering mengalami eksaserbasi gejala psikotik, waham cenderung aneh dan ada hubungannya dengan perubahan fisik dan pergerakan janin pada kehamilan. Halusinasi pendengaran mempengaruhi langung pada kehamilan, misalnya suara menginstruksikan memukul perut agar janin keluar. Wanita hamil dengan adanya psikotik menolak kehamilannya sampai melahirkan.
Pasien dengan gangguan skizoafektif, seperti pada mereka dengan skizofrenia, memiliki gangguan psikotik kronik bersama dengan gejala mood utama. Psikosis jarang berkurang walaupun gejala mood sering membaik. Gangguan skizoafektif berbeda dari gangguan mood yang lain dimana tidak terdapat gejala psikotik atau gejala psikotik biasanya berespon terhadap antipsikotik.
Penelitian menunjukkan bahwa komplikasi obsestrik banyak ditemukan pada wanita hamil skizofrenia dan bayinya juga memiliki berat badan lahir rendah (BBLR).
Tipe-tipe dari skizofrenia :
• Skizofrenia Simplex
Gejalanya meliputi kehilangan minat, emosi tumpul / datar, dan menarik diri dari masyarakat.
• Skizofrenia Hebefrenik
Umumnya dialami atau timbul pada masa remaja antara 15-25 tahun dengan gejala berupa reaksi-reaksi emosional yang makin bertambah indiferen, adanya gangguan proses berpikir dan tingkah laku infantile, seperti tiba-tiba menangis atau tertawa tetapi tidak berkaitan dengan situasi yang sedang terjadi, makan secara berlebihan dan berceceran, buang air kecil atau buang air besar sembarang tempat, berpakaian seperti bayi, dsb.
• Skizofrenia Katatonik
Penderita tipe ini menunjukkan satu dari dua pola yang dramatis, yakni ;
- Stupor
Penderita kehilangan gerak, cenderung untuk diam pada posisi yang stereotipi dan lamanya bisa berjam-jam bahkan berhari-hari, mempunyai kontak yang minimal sekali dan mutisme ( menolak untuk bicara ).
- Excitement
Penderitanya melakukan tingkah laku yang berlebihan, seperti bicara banyak tetapi tidak koheren, gelisah yang ditunjukkan dengan tingkah laku seperti mondar-mandir, melakuakan masturbasi di depan umum, bahkan menyerang orang lain, dsb.
• Skizofrenia paranoid
Penderita menunjukkan dua pola, yaitu :
- Pola skizofrenia : ditandai dengan proses berpikir kacau, tidak logis, dan mudah berubah serta delusi yang aneh
- Pola paranoid : system delusi lebih masuk akal dan logis, kontak dengan realita ( realita testing ) juga relative tidak terganggu.
Proses penanganan pada penderita skizofrenia yang sedang hamil, yakni wanita yang datang dengan pskosis pada episode pertama saat hamil harus diperiksa dengan hati-hati untuk menyingkirkan sebab organic pada psikosisnya maupun perubahan status mentalnya. Pada wanita hamil yang riwayat skizofrenia sebelumnya dan masih mengkonsumsi obat, penghentian segera obat dan antipsikotik dapat menyebabkan relaks akut.
Pasien harus dirawat sakit bila rawat jalan tidak memungkinkan. Pada umumnya peneliti melaporkan bahwa pasien dengan menggunakan obat antipsikotik pada kehamilan tidak menunjukkan adanya kelainan pada kelahiran janin. Namun, antipsikotik hendaknya dihindarkan pada trimester I. Pada kasus yang akut dan membahayakan ibu dan janinnya, dapat dilakukan terapi elektrokompulsif. Terapik ini tidak menyebabkan persalinan, kecuali bila kehamilannya cukup bulan.
Paranoid
Paranoid ditandai adanya kecurigaan yang tidak beralasan terus menerus yang pada puncaknya bisa menjadi tingkah laku yang agresif. Emosi dan pikiran penderita masih berjalan baik dan saling berhubungan. Jalan pikiran cukup sistematis, mengikuti suatu logika yang baik dan teratur, tetapi berakhir dengan interpretasi yang menyeleweng dari kenyataan.
Adapun cara pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita psikosa adalah dengan memperhatikan hal-hal berikut :
• Informasi
• ANC rutin
• Nutrisi
• Penampilan
• Aktivitas
• Relaksasi
• Senam hamil
• Latihan pernafasan
Sedangkan cara penanganan adalah dengan melakukan konsultasi pada dokter, bidan, psikologa atau psikiater. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh petugas kesehatan dalam menangani atau menghadapi penderita psikosa adalah :
Sejak pemeriksaan kehamilan pertama kali tenaga medis harus dengan kesabaran meyakinkan calon ibu bahwa peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang normal dan wajar
Ajarkan dan berikan latihan-latihan untuk dapat menguasai otot-otot, istirahat dan pernafasan
Hindari kata-kata dan komentar yang dapat mematahkan semangat si wanita.
C. Psikoneurosa
Psikoneurosa atau dengan singkat dapat disebutkan sebagai neurosa saja adalah gangguan berupa ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan akhirnya orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya.Oleh karena ketegangannya tidak mereda akhirnya neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi).
Oleh karena itu, psikoneurosis bukanlah suatu penyakit. Penderita psikoneurosis biasanya adalah orang yang taraf kecerdasannya cukup tinggi. Mereka cukup kritis untuk menilai situasi atau motif-motif yang saling bertentangan sehingga mereka sangat merasakan adanya konflik. Sebaliknya, orang yang tidak cukup tinggi taraf kecerdasannya, kurang kritis untuk mengerti konflik-konflik yang ada.
Berbeda dengan gangguan psikotik, pada psikoneurosa tidak terjadi disorganisasi kepribadiaan yang serius dalam kaitannya dengan realitas eksternal. Biasanya penderita memiliki sejarah hidup penuh kesulitan, dibarengi tekanan-tekanan batin dan peristiwa yang luar biasa. Atau mengalami kerugian psikis yang besar sekali, karena terampas dari lingkungan sosial yang baik kasih sayang sejak usia yang sangat muda. Proses pengkondisian yang buruk terhadap mental pasien itu menumbuhkan simpton-simpton mental yang patologis atau menimbulakan macam-macam bentuk gangguan mental.
Dengan demikian, gejala atau karakteristik dari penderita psikoneurosa diantaranya : penderita tidak mampu mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya, tingkah lakunya jadi abnormal dan aneh-aneh serta penderita biasanya tidak mengerti dirinya sendiri dan membenci pula diri sendiri.
Sebab-sebab yang utama penyakit psikoneurosa atau lebih popular disingkat dengan neurosa, antara lain ialah: factor-faktor psikologis dan cultural, yang menyebabkan timbulnya banyak stress dan ketegangan-ketegangan kuat yang khronis pada seseorang. Sehingga pribadi mengalam frustasi dan konflik-konflik emosional dan pada akhirnya mengalami satu mental breakdown.
Sebab-sebab lainnya adalah diantaranya :
1. Ketakutan terus menerus dan sering tidak rasional. Misalnya : bagi ibu hamil, takut memikirkan terus sakitnya melahirkan.
2. Ketidakseimbangan pribadi
3. Konflik-konflik internal yang serius, khususya yang sudah diimulai sejak masa kanak-kanak.
4. Kurang adanya usaha dan kemauan
5. Lemahnya pertahanan diri ( memakai defence mechanism yang negative ).
Macam-mavam psikoneurosa menurut gejalanya yakni :
Anxiety neuroses atau neurosis kuatir
Merupakan kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis, tidak ada rangsangan yang spesifik yang menyebabkan kecemasan tersebut.
Ada saja yang mencemaskan hatinya dan hampir setiap peristiwa menjadi penyebab timbulnya rasa cemas serta takut. Misalnya takut kalau mati, takut menjadi gila, dan macam-macam ketakutan serta kecemasan yang tidak bisa dimasukkan dalam kategori fobia. Emosi pasien tidak stabil; ia sangat irritable, cepat tersinggung dan marah, dan sering mengalami keadaan excited atau gempar-gelisa. Namun ia juga cepat menjadi depresif; disertai bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi dan rasa dikejar-kejar oleh sesuatu yang tidak jelas.
Dirinya selalu diliputi ketegangan-ketegangan emosional dan diganggu bayangan-bayangan kesulitan yang imajiner atau semu. Pasien sering merasa mual dan muntah; badannya selalu lelah, menderita sesak nafas, banyak berkeringat; bergemetaran dan kadangkala menderita murus.
Penyebab Neurosa Kecemasan antara lain : kecemasan, ketakutan, kesusahan dan kegagalan-kegagalan yang bertubi-tubi. Pasien lalu mengadakan penekanan atau represi terhadap emosi-emosi negative akibat kegagalan tadi. Namun semuanya tidak bisa berlangsung dengan sempurna.
Menurut Sigmund freud, neurosa kecemasan juga disebabkan oleh dorongan-dorongan seksual yang tidak terpuaskan dan terhambat-hambat, sehingga mengakibatkan timbulnya banyak konflik batin, ketakutan dan kecemasan.
Cara Menyembuhkan Penderita Neurosa Kecemasan :
Penderita neurosa kecemasan dapat disembuhkan dengan cara terapi. Terapi ini dilakukan dengan cara menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya usaha ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita. Ada beberapa jenis terapi yang dapat dipilih untuk menyembuhkan neurosis kecemasan, yaitu :
1. Psikoterapi individual
2. Psikoterapi kelompok
3. Psikoterapi analitik
4. Sosioterapi
5. Terapi seni kreatif
6. Terapi kerja,
7. Terapi perilaku
8. Farmakoterapi
Histeria ( histeris )
Histeria adalah gangguan atau disorder psikoneurotik, khas diciri-cirikan oleh emosioanalitas extrim dan mencakup macam-macam gangguan psikis, sensoris, motoris, fasomotor dan alat pencernaan, dsisebkan oleh usaha represi dalm macam-macam konflik dalam kehidupan kesadaran .
Ada 4 ( empat ) bentuk hysteria, yakni hysteria mayor, hysteria minor ( hysteria conversia ), hysteria narcolepsy dan hysteria anorreksi.
Sebab hysteria diantaranya :
a. Predisposisi pembawaan berupa system syaraf yang lemah
b. Tekanan tekanan mental (stress disebabkan oleh kesusahahn, kekecewaan, shock dan pengalaman pahit yang traumatis)
c. Disiplin dan kebiasaan hidup yang salh hal ini mengakibatkan control pribadi yang kurang baik atau memunculkan integrasi kepribadiaan yang sangat miskin
d. Kondiis fisik/organis yang tidak menguntungkan misalnya sakit, lemah, lelah.dll.
e. Adanya sugesti diri untuk melarikan diri dari kesulitan-kesulatan dan realitas hidup dan ingin berdiam dalam dunia khayal.
Gejala-gejala atau kepribadiaan penderita hysteria antara lain :
a. Umumnya sangat egoistis
b. Sangat sugestibel, mudah terpengaruh, sangat sensitive terhadap pendapat yang lain dan selalu ingin melakukan semua sugesti tersebut untuk memperoleh perhatian, persetujuan dan pujian.
c. Memiliki emosi-emosi yang kuat. Mereka mempunyai rasa suka dan tidak suka yang sangat kuat
d. Ada kecenderungan yang sangat kuat untuk melarikan diri dari situasi yang dianggap tidak menyenagkan
e. Gejala-gejala dibuat-buat,ditiru dan disengaja misalnya dengan pura-pura menjadi sakit.
Histeria dapat ditangani dengan psikoterapi berupa konsultasi pada dokter atau psikiater dan tentunya ada dukungan atau motivasi dari orang-orang di sekitar. Di samping itu, melakukan artau menggunakan metode psikoterapi Islami bagi penderita anxiety neurosis, yakni secara ibadah ghoiru mahdlah.
Dalam Islam terdapat metode psikoterapi Islam secara ibadah ghoiru mahdloh dalam mengatasi penderita anxiety neurosis, yaitu dzikir, taubat, ketakwaan dan kesabaran.
Melakukan dzikir kepada Allah apabila dibiasakan bagi penderita anxiety neurosis akan bermanfaat mengurangi kecemasan dan ketakutan yang dideritanya. Hal ini disebabkan penderita akan berkonsentrasi dengan apa yang dibacanya secara berulang-ulang, dan timbulnya perasaan dekat dengan Allah, sehingga bersikap pasrah (tawakkal) kepada Allah SWT..
Neurosis Obsesif Kompulsif
Gangguan ini ditandai oleh dorongan dan obsesi berulang yang cukup berat dan menyebabkan tekanan emos yang nyata. Obsesi adalah ide yang menetap, pikiran atau impuls yang tidak masuk akal, misalnya keinginan. Sedangkan kompulsi adalah tingkah laku yang berulang-ulang yang dilakukan sebagai respon atas obsesi.
Tingkah laku kompulsif dan pikiran obsesif dapat pula mempengaruhi atau menyebabkan tekanan mental pada wanita hamil. Psikoterapi membantu wanita hamil yang mengalami kecemasan untuk mengatasi ketakutan dan kecemasan yang berhubungan dengan kehamilannya. Dengan mendiskusikan pikiran dan perasaan yang mengganggu menyebabkan dapat lepas dari tekanan. Pengurangan gejala kecemasan membuat wanita tersebut dapat berfungsi lebih efektif dalam hubungan pribadi dan keluarga dengan sendirinya kecemasan itu akan hilang.
Pada wanita dengan gangguan obsesif kompulsif dimana obsesi menetap dan kecemasan yang tidak dapat ditoleransi rawat inap mungkin diperlukan.
Pengobatan noninvasif yang efektif dari gangguan kecemasan dapat digunakan melalui latihan relaksasi otot yang bertahap, visual imagery, latihan kognitif, latihan biofeedback. Dasar pengobatan ini adalah relaksasi otot dan ketegangan oto tidak timbul pada waktu yang sama, karena itu wanita hamil yang belajar untuk melemaskan ototnya tidak akan mengalami gejala gangguan kecemasan.
Obat anti cemas dapat menghilangkan gejala cemas. Penggunaan obat anti cemas sebaiknya dihindari pada kehamilan trimester I. Bila kecemasan berlebihan dan mengganggu dapat diberikan obat anti cemas golongan benzodiazepin dan non benzodiazepin. Pasien yang hamil dengan adanya gejala panic yang serius dapat diberikan alprazolam dengan dosis minimum.
Wanita hamil yang mendapat obat golongan benzodiazepine, bayinya akan memeberikan 2 tipe reaksi toksik, yakni sindrom floppy inflant dan reaksi withdrawal. Gilberg menghubungkan penggunaan benzodiazepine dosis rendah yang lama dengan sindrom floppy infant dengan gejala: hipotoni, letargi, sulit mengisap, sianosis dan hipotermia. Sementara Rementeria dan Bhatt menggambarkan gejala withdrawal pada bayi baru lahir dengan penggunaan diazepam selama kehamilan yang timbul 2-6 jam setelah kelahiran, terdiri dari tremor, iritabel, hipertonia dan semangat menghisap. Gejala ini berhasil ditndai dengan pemberian fenobarbital selama 6 minggi.
Berbeda halnya dengan Erkkola dan Kanto, mereka merekomendasikan wanita yang menggunakan benzodiazepine sebaiknya tidak menyusui. Penggunaan obat anti cemas tentang terjadinya kelainan congenital masih kontroversi. Namun, beberapa penelitian melaporkan penggunaan diazepam selama kehamilan meningkatkan resioko terjadinya labiopalatoskisis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Depresi adalah sebagai suatu gangguan alam perasaan perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal.
Gejala depresi pada ibu hamil diantaranya :
ditandai dengan perasaan muram, murung, kesedihan
tidak bisa atau sulit berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan
pekerjaan dan aktivitas sehari-hari terganggu
hubungan calon ibu dengan orang-orang sekitarnya terganggu
kondisi ibu mengancam keselamatan janin.
Secara umum, bentuk-bentuk depresi terdiri dari 2 bagian yakni :
o Depresi unipolar
o Depresi bipolar
Menurut para ahli, penyebab depresi pada kehamilan adalah :
faktor organobiologis berupa peningkatan kadar hormon dan ketidakseimbangan dalam pelepasan neurotransmitter serotonin mayor, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, dan asam gamaaminobutrik
faktor sosio-lingkungan, seperti karena kurangnya dukungan dari suami dan keluarga, adanya perasaan khawatir yang berlebihan pada kesehatan janin
Pengaruh atau dampak dari depresi pada kehamilan yakni timbulnya gangguan pada janin yang masih didalam kandungan dan munculnya gangguan kesehatan pada mental si anak nantinya.
Strategi kesehatan yang bisa diterapkan pada saat masa kehamilan untuk mengantisipasi depresi yaitu menjadikan masa hamil sebagai pengalaman yang menyenangkan, selalu konsultasi dengan para ahli kandungan, makan makanan yang sehat, cukup minum air, mengupayakan selalu dapat tidur dengan baik dan melakukan senam bagi ibu hamil. Disamping itu juga melakukan terapi kejiwaan supaya terhindar dari depresi, lebih meningkatkan keimanan dan tentunya mendapat dukungan dari suami dan keluarga.
Psikosa adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality )
Tanda atau gejala psikosa diantaranya :
pada umumnya gejalanya tidak mampu melakukan partisipasi sosial
halusinasi.
sejumlah kelainan perilaku, seperti aktivitas yang meningkat, gelisah, retardasi psikomotor dan perilaku katatonik.
Psikosa pada umumnya terdiri dari dua golongan yakni :
Psikosa fungsional
Psikosa organik
Cara pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita psikosa adalah dengan memperhatikan hal-hal berikut :
• Informasi • Aktivitas
• ANC rutin • Relaksasi
• Nutrisi • Latihan pernafasan
• Senam hamil • Penampilan
Cara penanganan penderita psikosa adalah dengan melakukan konsultasi pada dokter, bidan, psikologa atau psikiater.
Psikoneurosa atau dengan singkat dapat disebutkan sebagai neurosa saja adalah gangguan berupa ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan akhirnya orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya.
Penyebab psikoneurosa diantaranya : ketakutan terus menerus dan sering tidak rasional ( misalnya : bagi ibu hamil, takut memikirkan terus sakitnya melahirkan ), ketidakseimbangan pribadi, adanya onflik-konflik internal yang serius, khususya yang sudah diimulai sejak masa kanak-kanak, dsb.
Bentuk-bentuk psikoneurosa :
- Anxiety neuroses atau neurosis kuatir
- Histeria ( histeris )
- Neurosis Obsesif Kompulsif
Cara masing-masing penanganan dari bentuk-bentuk psikoneurosa pada dasarnya adalah melalui psikoterapi dan farmakoterapi.
B. Saran
Diharapkan kepada para wanita hamil agar menepis semua perasaan dan pikiran yang bisa memicu terjadinya penyakit gangguan jiwa, misalnya mensyukuri bahwa kehamilan adalah anugerah dari Allah SWT sehingga kehamilan dapat menjadi hal yang menyenangkan.
Selain itu, diharapkan adanya partisipasi para keluarga dan orang-orang di sekitar dengan pemberian dukungan / motivasi dan segala macam bantuan positif lainnya yang mampu mensejahterahkan wanita hamil tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar