Rabu, 15 Desember 2010

gambaran pengetahuan masyarakat UIN tentang CA serviks

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Aziz (2001 ) muslim (2003) Kanker Leher Rahim (KLR) merupakan kanker kedua terbanyak ditemukan pada wanita setelah kanker payudara dan merupakan penyebab kematian utama pada wanita.Diperkirakan 500.00 kasus baru kanker leher rahim terjadi setip tahunnya di dunia , 80% dari kasus tersebut terdapat di Negara Negara yang berkembang.
Menurut data Organisasi kesehatan dunia (WHO) setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang atau setiap 11 menit ada satu penduduk meninggal dunia karena kanker dan setiap 3 menit ada satu penderita kanker baru.Dalam 10 tahun mendatang diperkirakan 9 juta orang akan meninggal setiap tahun akibat kanker ,2/3 dari penderita kanker tersebut berada di Negara Negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia (Bustan ,1997.Ratna 2004)
Menurut Riono (1999) di Amerika Selatan , Afrika dan beberapa di Negara Asia dan di beberapa Negara Asia ditemukan kejadian kanker leher rahim sebanyak 40 /100.000 penduduk,sedangkan di wilayah Australia barat ,tercatat setiap tahunnya sebanyak 85 orang wanita di diagnose positif menderita kanker leher rahim.
Menurut hacker dan moore ( 2001) di Amerika serikat pada tahun 1990 KRL menduduki urutan ke 8 diantara kanker pada wanita, dengan angka kejadian sebesar 13.500 kasus. Di Asia pada tahun 2000 incidence rate KLR di temukan sebanyak 510/100.000 wanita dengan case fatality rate ( CFR ) sebesar 39,8 %.
Menurut wiknjosastro, saefudin, rachimhadhi ( 1999 ) di Asia dijumpai insiden KLR sebanyak 20-30/100.000 wanita dengan angka kematian 5-10/100.000 wanita, penderita KLR terutama banyak dijumpai pada usia 45-50 tahun, puncak kejadian pada usia 35-39 tahun dan 60-64 tahun, dengan usia rata-rata 52 tahun.
Data Departemen Kesehatan di Indonesia.
Saat ini ada sekitar 200.000 kasus KLR setiap tahunnya, atau 100 kasus per 100.000. wanita 70% kasus yang dating kerumah sakit ditemukan dalam stadium lanjut. Di Indonesia penderita KLR saat ini masih menempati urutan pertama setelah kanker payudara. Insiden kanker saat ini diperkirakan 100 per 1000.000 ribu pertahun atau sekitar 180.000 penderit per tahun (sahil, 2003. Mustari.2006).
Penyakit kanker merupakan hal yang sangat menakutkan, karena penyakit ini ganas, bahkan kerap diibaratkan sebagai lonceng kematian. Terjadi peningkatan penyakit kanker dan menjadi salah satu penyebab kematian usia produktif. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukkan proporsi penyebab kematian karena kanker semakin meningkat dari 1,3% pada tahun 1976, menjadi 3,4 % pada tahun 1980. Pada tahun 1986, meningat menjadi 4,3% dan 4,8% pada thun 1992 (Nuranna, 1992).
Menurut Edianto (2006) lebih dari 90% penyebabnya KLR saat ini akibat human Papilloma Virus (HPV) yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Selain HPV, ada beberapa factor resiko untuk terjadinya KLR yaitu (1) insidens lebih tinggi pada yang kawin dari yang tidak kawin, (2) perempuan kawin usia muda atau koitus pertama kurang dari 16 tahun, (3) insidens meningkat dengan tingginya parietas, (4) golongan social ekonomi rendah yang berkaitan dengan pendidikan yang rendah, kawin usia muda, higyene seksual jelek, parietas tinggi serta pekerjaan dan penghasilan yang tidak tetap, (6) aktivitas seksual sering berganti pasangan (promiskuitas), (7) hubungan seks dengan lelaki yang memiliki penderita kanker leher rahim uteri, sering pada wanita yang mengalami infeksi HPV serta kebiasaan merokok baok pasif maupun aktif.
Menurut Bustan (1997), Wiknjosastro (1999) kanker dapat disembuhkan jika dideteksi dan ditanggulangi sejak dini, namun dikarenakan minimnya gejala yang ditimbulkan oleh KLR, maka penanganan trhadap penyakit ini sering kali terlambat yang menyebabkan kematian.
Penanganan kanker sering terlambat akibat minimnya gejala yang ditimbulkannya, sehingga terjadi peningkatan dari tahun ke tahun bahkan cenderung mengalami pergeseran kearah usia yang lebih yang muda (Jonathan, 2000).
Pemeriksaan yang paling utama dalam deteksi kini KLR adalah pemeriksaan Papaniculou Smear (papsmear) khususnya perempuan yang sudah aktif melakukan hubungan seks. (Bastaman, 1999. Aziz.2002)
Pap smear dapat menemukan pada tingkat pra kanker, dan angka kematian turun secara drastis sekitar 50-60%.
Di kanada insiden kanker serviks turun dari 28,4 menjadi 6,9 per seribu wanita dan angka kematian turun dari 11,4 menjadi 3,3 per seribu wanita selama 20 tahun program penyaringan. (Scaberg.1985.Sianturi,1996).
Menurut haker dan moore (2001) di Amerika serikat tahun 1990 KLR menduduki ranking ke 8 diantara penyakit kanker pada wanita. Insidensi telah banyak berkurang sejak tahun 1930. Sebagian penurunan KLR berhubungan dengan sediaan apus papanicolau yang memungkinkan pendeteksian penyakit sebelum invasif.
Tingginya angka kematian pada penderita KLR di Indonesia disebabkan karena sebagian besar penderita KLR baru datang berobat setelah stadium lanjut sekitar 70% penderita dating dalam stadium lanjut, dalam hal ini karena masih kurangnya kesadaran wanita Indonesia untuk mencegah dan mendeteksi secara dini kanker leher rahim (Ratna,2004).
Data Rumah Sakit Kanker Dharmais 1993-1997 dari 710 kasus baru, sebesar 65% pasien datang pada stadium lanjut (IIB-IV) dengan angka ketahanan hidup dalam dia tahun stadium lanjut berkisar 53,2% dan untuk stadium awal hampir 90% (Hidayani,2003).
Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan masyarakat UIN ALAUDDIN tantang ca serviks atau kanker serviks.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang pengertian Ca Serviks.?
2. Bagaimana gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang penyebab Ca Serviks ?
3. Bagaimana gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang stadium Ca Serviks?
4. Bagaimana gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang cara penularan Ca Serviks?
5. Bagaimana gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang gejala Ca Serviks?
6. Bagaimana gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang cara mendeteksi Ca Serviks?
7. Bagaimana gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang pengobatan Ca Serviks?
8. Bagaimana gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang pencegahan Ca Serviks?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memperoleh gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar Ca Serviks
Tujuan khusus
1. Diperolehnya gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang pengertian Ca Serviks
2. Diperolehnya gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang penyebab Ca Serviks
3. Diperolehnya gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang gejala Ca Serviks
4. Diperolehnya gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang stadium Ca Serviks
5. Diperolehnya gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang cara mendeteksi Ca Serviks
6. Diperolehnya gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang peng Ca Serviks
7. Diperolehnya gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang pengobatan Ca Serviks
8. Diperolehnya gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang pencegahan Ca Serviks
D. Manfaat Penulisan
1. Institusi
Diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keteranpilan melalui jenjang pendidikan,sebagai masukan informasi bagi kebidanan UIN Alauddin Makassar.
2. Penulis
Mengembangkan ilmu pengetahuan, menambah wawasan khususnya tentang masalah Ca Serviks
Berdasarkan uraian di atas tentang latar belakang,rumusan masalah,tujuan penelitian dan manfaat penelitian, maka selanjutnya akan di bahas mengenai tinjauan pustaka pada bab II.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks atau sering dikenal dengan kanker mulut rahim/kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
Kanker rahim disebut juga kanker serviks, atau kanker leher rahim, atau kanker mulut rahim menyerang bagian mulut/leher rahim.
Karsinoma serviks uteri merupakan kelanjutan dari lesi prakanker serviks uteri atau CIN, dengan perkembangan penyakit yang lebih cepat.
B. Penyebab Kanker Serviks
Hingga saat ini Human Papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab 99,7% kanker serviks. Virus papilloma ini berukuran kecil, diameter virus kurang lebih 55 nm. Terdapat lebih dari 100 tipe HPV, HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56 dan 58 sering ditemukan pada kanker maupun lesi pra kanker serviks. HPV tipe 16 dan 18 merupakan 70 % penyebab kanker serviks.
Sebenarnya sebagian besar virus HPV akan menghilang sendiri karena ada system kekebalan tubuh alami, tetapi ada sebagian yang tidak menghilang dan menetap. HPV yang menetap inilah yang menyebabkan perubahan sel leher rahim menjadi kanker serviks. Perjalanan kanker serviks dari infeksi HPV, tahap pre kanker hingga menjadi kanker serviks memakan waktu 10 - 20 thn.
Namun secara spesifik penyebab kanker serviks ada tiga, yaitu:
a. Faktor Individu
1) HPV (Human Papilloma Virus)
HPV disebut sebagai virus yang menyebabkan 97% kasus Karsinoma Skuamosa.
2) Faktor Etiologik
Faktor etiologic yang perlu mandapat perhatian adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV). HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56 dan 58 sering ditemukan pada kanker dan lesi prakanker. HPV adalah DNA virus yang menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermal dan mukosa. Infeksi virus papilloma sering terdapat pada wanita yang aktif secara seksual. (Evidence Base, 2007, 6)
3) Herpes Simpleks Virus (HVS)
Varian HVS2 adalah jenis virus yang dikenal berperan dalam pembentukan sel kanker, meski sebenarnya bukan penyebab utama, tetapi hanya faktor risiko yang mendukung atau memicu kerusakan sel saja, sebagaimana zat kimia tertentu.
4) Perubahan Fisiologis pada Jaringan Epitel
Ada dua jenis epitel pada serviks, yaitu epitel skuamosa dan kolumnar. Di antara keduanya terdapat lapisan penghubung yang disebut Sambungan Skuamosa-Kolumnar (SSK). Pada kondisi semacam pubertas atau lainnya di mana terdapat peningkatan aktivitas seksual, posisi SSK dapat bergeser. Melalui mekanisme perubahan pH dan sebagainya, jaringan akan membentuk lapisan skuamosa baru sehingga juga muncul SSK baru. pH yang rendah dan signifikan akan terjebak SSK asli dan SSK baru. Dalam waktu tertentu, hal ini dapat mendukung proses kerusakan (mutasi) sel di jaringan epitel tersebut.
5) Merokok
Para ahli telah menemukan fakta bahwa kandungan asap tembakau mempengeruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi virus. Bahkan pada laki-laki yang mengidap HPV, senyawa nikotin akan mempercepat reproduksi dan penggandaan sel HPV dalam tubuhnya. Kandungan nikotin di dalam lendir serviks meningkatkan daya reproduksi sel Squamous intraepithelial lesions, jenis sel yang dikenal berpotensi termutasi menjadi sel kanker ganas.
6) Pemakaian Celana Ketat
Pemakaian celana ketat dapat meningkatkan suhu vagina sehingga akan merusak daya hidup sebagian mikroorganisme, dan mendukung perkembangan sebagian mikroorganisme lainnya. Akhirnya, pertumbuhan mikroorganisme menjadi tidak seimbang. Kondisi tersebut memungkinkan perkembangan mikroorganisme yang justru menyebabkan terjadinya infeksi.
7) Umur
Peningkatan usia seseorang kinerja organ-organ dan kekebalan tubuhnya. Dan itu membuatnya relatif mudah terserang berbagai infeksi. Kanker rahim berpotensi paling besar pada usia antara 35-55 tahun.
8) Paritas
Paritas adalah kemampuan wanita untuk melahirkan secara normal. Pada proses persalinan normal, bayi bergerak melalui mulut rahim dan ada kemungkinan sedikit merusak jaringan epitel di tempat tersebut. Pada kasus wanita yang melahirkan lebih dari dua kali dan dengan jarak yang terlalu dekat. Kerusakan jaringan epitel ini berkembang kea rah pertumbuhan sel abnormal yang berpotensi ganas.
b. Faktor Pasangan
1) Usia Berhubungan Seks Pertama Kali
Usia ketika wanita mulai melakukan hubungan seks secara aktif juga menjadi salah satu faktor pemicu kanker rahim. Pada dasarnya, organ-organ seksual wanita mengalami perkembangan yang lambat dan harus berada dalam kondisi matang untuk bisa menjalankan tugasnya. Meskipun secara fungsional rahim wanita dinyatakan sudah berfungsi sejak mengalami menstruasi (9-15 tahun), namun kesiapan total umumnya baru tercapai pada usia sekitar 20 tahun, di mana secara mental, wanita juga sudah siap untuk berhubungan seksual secara sadar.
2) Multipartner Sex (Berganti-ganti pasangan seks)
Faktor penyebab yang satu ini memiliki potensi penularan yang tinggi. Virus HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual baik normal maupun oral. Oleh karenanya, perilaku ini menjadi salah satu faktor penyebar kasus kanker serviks. Pria yang berhubungan dengan Pekerja Seks Komersial (PSK) dapat menularkan virus HPV kepada istrinya di rumah.
a. Faktor Risiko
1) Makanan
Faktor risiko makanan berlaku untuk hampir semua jenis kanker. Seperti telah dikemukakan oleh Prof. Li Peiwen, makanan berupa gorengan berpotensi menimbulkan senyawa karsinogenik. Pada makanan yang mengandung banyak karbohidrat, ketika digoreng, maka karbohidratnya akan terurai dan bereaksi dengan asam amino. Hasil persenyawaannya bersifat karsinogen, yakni berpotensi dysplasia.
2) Penurunan Sistem Kekebalan Tubuh
Tubuh kita memiliki serangkaian system kekebalan yang secara otomatis berusaha mengatasi gangguan-gangguan infeksi dan pertumbuhan sel abnormal. Namun dalam kondisi tertentu, system kekebalan ini dapat melemah sehingga pengendalian gangguannya pun melemah. Kondisi semacam ini terdapat pada wanita yang menjalani operasi gagal ginjal, atau pengiap virus HIV. Dengan melemahnya sistem kekebalan, maka perkembangan infeksi tidak terhambat, dan pertumbuhan sel abnormal terus meningkat hingga mencapai tahap invasif (menyebar kemana-mana).
3) Pemakaian Pil KB
Pemakaian pil KB secara terus-menerus berpotensi menimbulkan kanker serviks. Pada pemakaian lebih dari lima tahun, risiko ini menetap menjadi 2 kali lebih besar disbanding wanita yang tidak memakai pil KB.
4) Ras
Pola kehidupan sosioekonomi tiap-tiap ras dapat dapat berpengaruh terhadap peningkatan risiko mengidap kanker rahim. Hasil penelitian menunjukkan ras Afrika-Amerika paling berisiko tinggi mengidap kanker rahim. Sementara Amerika-Hispanik cenderung di bawahnya. Adapun ras Asia-Amerika relatif sama dengan Amerika-Hispanik.
5) Polusi Udara
Polusi udara baik yang berasal dari asap rokok, emisi kendaraan, pabrik dan sebagainya memiliki banyak kandungan senyawa karsinogen yang berpotensi memunculkan sel kanker.
6) Pemakaian obat DES
DES (Diethylstilbestrol) adalah obat penguat kehamilan yang dikonsumsi untuk mencegah keguguran. Obat ini sekarang sudah tidak popular. Para ahli menyimpulkan DES berpotensi menimbulkan sel kanker di wilawah serviks.
7) Pemakaian Antiseptik di Vagina
Wanita modern ingin selalu tampil sempurna termasuk di wilayah pribadinya. Kini banyak sekali produk antiseptik khusus vagina yang biasa membuat vagina lebih bersih dan selalu wangi. Namun pemakaian antiseptik yang terlalu sering tidak baik. Antiseptik tersebut dapat membunuh bakteri di sekitar vagina, termasuk bakteri yang menguntungkan. Dan apabila digunakan dalam dosis yang terlalu sering, maka zat antiseptik tersebut dapat mengakibatkan iritasi pada kulit bibir vagina yang sangat lembut. Iritasi ini biasa berkembang menjadi sel abnormal yang berpontensi displasia.
C. Cara Penularan Kanker Serviks
a. Cara Penularan HPV
Cara HPV menularkan virusnya dapat dilakukan dengan berbagai jalur yaitu:
1) Melalui jalur seksual
Jalur seksual dapat dilakukan dengan beberapa hal yaitu hubungan intim, kelamin-kelamin, tangan-kelamin. Kebanyakan pria dan wanita yang telah berhubungan intim berisiko terinveksi HPV, apalagi yang sering berganti pasangan dan kehidupan seksualnya tidak bersih, maka lebih dari 75% pernah terifeksi HPV.
2) Melalui jalur nonseksual
Penularan jalur nonseksual adalah dengan cara penularan langsung. Misalnya dari ibu ke bayinya pada saat persalinan. Tentu saja ini pada ibu yang telah tertular virus HPV.
3) Tidak melalui kelamin
Penularan tidak melalui kelamin misalnya pakaian dalam, alat-alat kedokteran yang tidak steril (tapi ini sangat kecil kemungkinan). Bagi orang yang terkena HPV maka hanya dua kemungkinan yaitu :
a) 80% akan sembuh dengan sendirinya oleh sistem kekebalan tubuhnya yang tinggi.
b) 10-20% kemungkinan akan menjadi infeksi yang menetap, yang kemudian berisiko menjadi kanker. (Bertiani, 2009, 56-57)

D. Gejala Kanker Serviks
Pada fase sebelum terjangkitnya kanker sering penderita tidak mengalami gejala atau tanda yang khas. Namun sering ditemukan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Keluar cairan encer dari vagina (keputihan)
b. Pendarahan setelah senggama yang kemudian dapat berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal
c. Timbulnya perdarahan setelah menopause
d. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah
e. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis
f. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
g. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, oedema pada kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
E. Stadium Kanker Serviks pada Kehamilan
Stadium kanker serviks pada kehamilan dapat dibagi menjadi:
1) Stadium I A
• Trimester I dilakukan abortus provokatus dilanjutkan dengan radiasi atau histerektomi totalis
• Trimester II (sampai 20 minggu) dilanjutkan histerektomi dan dilanjutkan dengan radiasi atau histerektomi atau dilanjutkan radiasi atau histerektomi totalis.
• Trimester II > 20 minggu, atau trimester III ditunggu sampai janin viable, kemudian dilakukan seksio sesar dan dilanjutkan dengan histerektomi total atau radiasi.
2) Stadium I B – II A
• Trimerster I
Radiasi untuk abortus provokatus yang dilanjutkan dengan radiasi / operasi radikal.
• Trimester II < 20 minggu Histerektomi dan dilanjutkan dengan radiasi atau operasi radikal. • Trimester II > 20 minggu atau trimester III
Ekspektatif sampai janin viable, kemudian dilkakukan seksio sesar dan dilanjutkan dengan radiasi atau histerektomi radikal.
3) Stadium II B – III B
• Trimester I
Radiasi untuk abortus provaktus dan post abortus ditambah radiasi sampai lengkap
• Trimester II < 20 minggu Histerektomi dan dilanjutkan dengan radiasi • Trimester II > 20 minggu atau trimester III
Ekspektatif atau janin viable kemudian dilakukan seksio sesar dan dilanjutkan dengan radiasi.
4) Stadium IV A
• Trimester I
Radiasi untuk abortus provokatus yang dilanjutkan derngan radiasi valiatif, bila ada respon diteruskan sampai dicapai dosis kuratif.
• Trimester II < 20 minggu Histerktomi dan dilanjutkan dengan radiasi valiatif dan bila respon dapat ditambah sehingga dicapai dosis kuratif. • Trimester II > 20 minggu atau trimester III
Ekspektatiof sampai janin viable kemudian dilakukan seksio sesar dilanjutkan dengan radiasi valiatif dan bila respon diteruskan dampai dosis kuratif.
5) Stadium IV B
• Trimester I
Radiasi untuk abortus provokatus yang dilanjutkan dengan radiasi valiatif atau kemoterapi
• Trimester II < 20 minggu Histerektomi, bila tidak ada keluhan (asimptomatik) dilanjutkan dengan kemoterapi, bila ada keluhan (simptomatik) diberikan radiasi. • Trimester II > 20 minggu atau trimester III
Ekspektatif sampai janin viable, kemudian dilakukan seksio sesar. Bila tidak ada keluhan (asimptomatik) dilanjutkan dengan kemoterapi, bila ada keluhan (simptomik) dilanjutkan dengan radiasi.
F. Pemeriksaan Kanker Serviks
Ada beberapa cara memeriksakan kanker serviks, diantaranya:
a. Mendeteksi kanker serviks dengan Pap smear
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya mereka yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri. Berikut ini adalah wanita-wanita sasaran tes pap smear:
b. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
Merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin dengan menggunakan asam asetat 3-5%. Alat ini begitu sederhana sebab saat memeriksakannya tidak perlu ke laboratorium dan dapat dilakukan oleh bidan.
c. Mendiagnosis serviks dengan kolposkopi
Koloskopi merupakan suatu pemeriksaan untuk melihat permukaan leher rahim. Pemeriksaan ini menggunakan mikroskop berkekuatan rendah yang memperbesar permukaan leher rahim. Perbesarannya dari 10-40 kali dari ukuran normal. Ini dapat membantu mengidentifikasi area permukaan leher rahim yang menunjukkan ketidaknormalan.
d. Vagina inflammation self test card
Vagina inflammation self test card adalah alat pendeteksian yang dapat menjadi “warning sign”. Yang ditest dengan alat ini adalah tingkat keasaman (pH), test ini cukup akurat, sebab pada umumnya apabila seorang wanita terkena infeksi, mioma, kista bahkan kanker serviks, kadar pHnya tinggi. Dengan begitu maka melalui tets ini paling tidak wanita dapat mengetahui kondisi vagina mereka secara kasar.
e. Schillentest
Cara kerja pemeriksaan ini adalah:
1) Serviks diolesi dengan larutan yodium
2) Sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat
3) Sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
4) Jika terkena karsinoma tidak berwarna
f. Kolpomikroskopi
Kolpomikroskopi adalah pemeriksaan yang bergabung dengan pap smear. Kolpomikroskopi dapat melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
G. Pengobatan Kanker Serviks pada Kehamilan
Meskipun sedang hamil namun kanker serviks dapat ditanggulangi. Namun perlu diingat untuk menanggulangi kanker ini harus memperhatikan beberapa aspek. Untuk merencanakan pengobatan ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Usia janin
2. Stadium pada kanker
3. Keinginan penderita
a. Operasi
Jika penderita akan memilih operasi maka harus ada perencanaan yang jelas. Perencanaan itu sebagai berikut:
• Pada kehamilan umur 0-3 bulan, atau pada awal trimester dapat dilakukan operasi tertahap. Operasi dilaksanakan dengan cara histerektomia radikal dan limfadenektomi.
• Pada kehamilan umur 3-6 bulan, atau pada trimester kedua dilakukan dengan cara menunggu sampai kanker menjadi matang. Setelah itu dapat melakukan seksio sesar idasik. Dilanjutkan dengan histerektomi radikal dan limfaddenektomi.
• Pada kehamilan umur 6-9 bulan, atau pada trimester III dapat dilakukan dengan seksio sesar. Dilanjutkan dengan histerektomi radikal dan limfadenektomi.
• Pasca melahirkan, maka dapat melakukan radikal dan limfadenektomi
b. Radiasi
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara radiasi, perencanaannya sebagai berikut:
• Pada kehamilan umur 0-3 bulan, atau pada awal trimester dapat dengan radiasi eksternal (3000 rads). Menunggu abortis spontan. Jika diperlukan dapat melakukan histerektomi. Dilanjutkan dengan radiasi intrakapiter dan radiasai eksternal.
• Pada kehamilan 6-9 bulan, atau pada trimester III dapat dilakukan dengan seksio sesar. Dilanjutkan dengan radiasi eksternal dan dilanjutkan dengan radiasi intrakapiter.
• Pada pasca melahirkan, pengobatan sama saat normal. Biasanya diberikan radiasi eksternal dahulu kemudian radiasi intrakapiter
c. Persalinan
Jenis persalinan yang disarankan adalah:
• Seksio sesarea
• Persalinan pervaginam
• Persalinan perabdominal
Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
1. Pengertian
a. Pengetahuan (knowlodge) adalah hasil dari tahu manusia yang sekedaru menjawab “what” misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2002)
b. Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (notoatmodjo, 2003).
c. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari leh pengetahuan. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesedaran dan sikap yang posotif, maka perilakutersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama (Notoatmojo, 2003).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Bloom dalam buku notoatmodjo 2003, pengetahuan merupakan bagian dari cognitive domain yang secara terinci dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tingkat pengetahuan (Knowledge),bila seseorang hanya mampu mengingat sesuatu yang telah dipelajarinya dalam garis besarnya saja.
b. Perbandingan menyeluruh (Komprehensif), bila seseorang dapat menerangkan kembali secara mendasar ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya.
c. Penerapan (Aplication), telah ada kemampuan untuk menggunakan sesuatu pengetahuan, dari satu situasi yang lain.
d. Analisis (Analvsis), telah mampu menerangkan untuk bagian-bagian yang menyusun sesuatu bentuk pengetahuan tertentu menganalisa hubungan satu sama lain.
e. Sintesis (Syntetis), disamping mampu menganalisa iapun mampu menyusun keblai baik kebentuk semula maupun kebentuk yang lain.
f. Penilaian (Evaluation), telah mampu mengetahui secara menyeluruh dan semua bahan yang telah dipelajarinya dan juga mampu melihat sesuai dengan criteria yang telah ditentukan.
Ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh ilmu pengetahuan yaitu:
1). Obyektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan obyeknya, obyek ilmu pengetahuan dibagi menjadi obyek material dan obyek atau sudut penyelidikan. Obyek materialnya adalah manusia dan alam, sedangkan obyek formalnya obyek materialnya yang disoroti oleh suatu ilmu tertentu yaitu maslaah khusus yang timbul daripada obyek material tadi.
2) Metodik, artinya pengetahuan ilmiah itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu dan terkontrol. Cara-cara atau metode-metode pengetahuan antara lain metode observasi, metode induksi, metode perkembangan, metode sotuasi kasus metode intropeksi, metode ekstrospeksi, metode koesioner, metode klinis, metode testing, dan metode statistic.
3) Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah tersusun dalam suatu sistem. Tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh.
4) Universal, artinya pengetahuan ilmiah itu harus dapat diterima secara umum.
Cara pemberian skor pada yang paling baik adalah dengan dilakukan secara manual, karena lebih teliti dan memiliki sensitivitas tinggi bila terjadi penyimpangan, prinsip metode melakukan scoring baik yang dilakukan dengan manual maupun computer adalah sama. Mereka mengelompokkan dari jawaban yang ada dan kemudian menempatkannya pada tempat yang semestinya (Sukardi, 2005)
Penilaian skor pada suatu penelitian dapat diartikan bahwa nilai yang mencapai 100 adalah nilai yang dicapai. Skala 1-100 yang digunakan peneliti sehingga nilai 100 merupakan nilai tertinggi dan nilai 0 merupakan nilai terendah. Pada suatu koesioner yang dibagikan kepada responden jika responden mampu menjawab lebih atau sama dengan 50% dari jumlah jawaban yang benar maka responden dikategorikan “tahu”. Tetapi jika responden hanya mampu menjawab kurang dari 50% dari jumlah jawaban yang benar maka terponden dikategorikan “tidak tahu”. (arikunto, 2008)
Cara pemberian skor pada suatu penelitian terdapat suatu penelitian terdapat suatu pengertian bahwa angka 100 adalah angka tertinggi yang mungkin dicapai. Adanya angka 100 tertinggi karena pada penilaian peneliti menggunakan skala 1-100. pada pemberian skor nilai tertinggi adalah 100 dan terendah adalah 0 kuisioner yang dibagikan kepada responden ada 4 butir soal setiap item. Jika responden mampu menjawab lebih atau sama dengan 50% dari jumlah jawaban benar maka responden hanya mampu menjawab kurang dari 50% dari jumlah pertanyaan yang benar maka responden dikategorikan “tidak tahu” (Arikunto, 2008)
Penelitian deskriktif yang menggunakan model-model analisis apabila datanya telah terkumpul, lalu diklasidikasikan menjadi dua kelompok data yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang berbentuk kata-kata tersebut, di sisihkan untuk sementara, karena akan sangat berguna untuk menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data kualitatif.
Cara pemberian skor pada suatau penelitian terdapat suatu pengretian bahwa angka 100 adalah angka tertinggi yang mungkin dicapai. Adanya angka 100 tertinggi karena pada penilaian peneliti menggunakan skala 1-100. Pada pemberian skor nilai tertinggi adalah 100 dan terendah 0 kuisioner yang dibagikan kepada
responden ada 4 butir soal setiap item. Jika responden mampu menjawab lebih atau sama dengan 50% dari jumlah jawaban benar maka responden dikategorikan “tahu” Tetapi jika responden hanya mamou menjawab kurang dari 50% jumlah pertanyaan yang benar maka pertanyaan dinyatakan “tidak tahu” (Arikunto, 2008)
Penelitian deskriptf yang menggunakan model-model analisis apabila telah terkumpul, lalu diklasifikasikan menjadi dua kelompok data yaitu data kuantiotatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang berbentuk kata-kata tersebut, disisihkan untuk sementara, karena akan sangat berguna untuk menyertai dan melenkapi gambaran yang diperoleh analisis data kualitatif.
Data yang diperoleh dari angket atau checklist, dijumlahkan atau dikelompokkan sesuai bentuk instrument yang digunakan. Jika pilihan jawaban dari angket berbentuk “tahu” dan Tidak Tahu”. Peneliti tinggal menjumlahkan saja berapa jawaban yang “tahu” dan “tidak tahu”.
Sebetulnya tidak terlalu keliru apabila peneliti yang menggunakan dua alternative yaitu “tahu” dan “tidak tahu”, juga ingin memberikan nilai pada setiap jawaban, misalnya nilai 1 untuk menjawab “tahu” dan nilai 0 untuk jawaban “tidak tahu”. Peneliti lain mempunyai pendapat berbeda. Menurut kelompok peneliti ini, meskipun menunjukkan nilai tetapi karena hanya ada dua variasi yaitu 1 dan 0, tanpak ketika menjumlahkan nilai 1 yang terjadi hanya membilang saja. Oleh karena itu jawaban “Tahu” dan “tidak tahu” biasanya tidak perlu dinilai, tetapi hanya di jumlahkan (Arikunto, 2008)

2. Manfaat Tolak ukur
a. Untuk menyamakan ukuran bagi pengumpul data agar tidak banyak terpengaruh faktor subjektif.
b. Untuk menjaga kestabilan data yang dikumpulkan dalam waktu yang berbeda.
c. Untuk mempermudah peneliti dalam mengolah data agar siapapun dapat melakukannya
















BAB III
KERANGKA KONSEP

1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
. Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka maka didapatkan rangkuman kerangka berpikir peneliti dalam bentuk sebuah kerangka konsep seperti yang terlihat di bawah ini:
2. Bagan Kerangka Konsep








Keterangan : Variabel Dependen
Variabel Independen
Variabel Yang Diteliti
3. Defenisi Operasional dan Kriteria objektif
1. Pengetahuan tentang Pengertian Kanker Serviks
Pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang Kanker Serviks bahwa kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina)
Kriteria objektif:
Tahu :Jika responden menjawab ≥ 80% atas seluruh pertanyaan tentang pengertian Ca Serviks
Tidak tahu : Jika responden menjawab pertanyaan < 80% atas seluruh pertanyaan tentang pengertian Ca Serviks
2. Pengetahuan tentang Gejala kanker serviks
Tanda dan Gejala dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang tanda gejala terjadinya kanker Serviks .
Kriteria Objiektif :
Tahu :Jika responden menjawab ≥ 80% atas seluruh pertanyaan tentang tanda gejala kanker Serviks
Tidak tahu : Jika responden menjawab benar < 80% atas seluruh pertanyaan tentang tanda gejala kanker Serviks
3. Pengetahuan tentang Penyebab kanker Serviks
Penyebab dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang di ketahui oleh masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang penyebab terjadinya kanker Serviks.
Kriteria Objektif :
Tahu :Jika responden menjawab ≥ 80% atas seluruh pertanyaan tentang penyebab kanker Serviks
Tidak tahu : Jika responden menjawab pertanyaan < 80% atas seluruh pertanyaan tentang penyebab kanker Serviks
4. Pengetahuan tentang stadium kanker serviks
Stadium dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang di ketahui oleh masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang stadium kanker Serviks.
Kriteria objektif:
Tahu :Jika responden menjawab ≥ 80% atas seluruh pertanyaan tentang stadium kanker serviks
Tidak tahu : Jika responden menjawab pertanyaan < 80% atas seluruh pertanyaan tentang stadium kanker serviks
5. Pengetahuan tentang cara penularan kanker Serviks
Cara penularan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang di ketahui oleh masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang cara penularan terjadinya kanker Serviks.
Kriteria Objektif :
Tahu :Jika responden menjawab ≥ 80% atas seluruh pertanyaan tentang cara penularan kanker Serviks
Tidak tahu : Jika responden menjawab pertanyaan < 80% atas seluruh pertanyaan tentang cara penularan kanker Serviks
6. Pengetahuan tentang cara mendeteksi kanker Serviks
Cara mendeteksi dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang di ketahui oleh masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang cara mendeteksi terjadinya kanker Serviks.
Kriteria Objektif :
Tahu :Jika responden menjawab ≥ 80% atas seluruh pertanyaan tentang cara mendeteksi kanker Serviks
Tidak tahu : Jika responden menjawab pertanyaan < 80% atas seluruh pertanyaan tentang cara mendeteksi kanker Serviks
7. Pengetahuan tentang Pengobatan kanker Serviks
Pengobatan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang di ketahui oleh masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang pengobatan dari kanker Serviks.
Kriteria Objektif :
Tahu :Jika responden menjawab ≥ 80% atas seluruh pertanyaan tentang pengobatan kanker Serviks
Tidak tahu : Jika responden menjawab pertanyaan < 80% atas seluruh pertanyaan tentang pengobatan kanker Serviks
8. Pengetahuan tentang Pencegahan kanker Serviks
Pencegahan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang di ketahui oleh masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang upaya pencegahan terjadinya kanker Serviks.
Kriteria Objektif :
Tahu :Jika responden menjawab ≥ 80% atas seluruh pertanyaan tentang upaya pencegahan kanker Serviks
Tidak tahu : Jika responden menjawab pertanyaan < 80% atas seluruh pertanyaan tentang upaya pencegahan kanker Serviks
Berdasarkan uraian diatas tentang tinjauan pustaka yaitu tinjauan tentang kanker serviks, tinjauan tentang kanker serviks, Tinjauan Umum tentang pengetahuan dan kerangka konsep, maka selanjutnya akan dibahas mengenai metode penelitian pada Bab III.


BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan deskriptif. Metode deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gamabaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin Makassar tentang kanker serviks di kampus UIN Alauddin Makassar Makassar
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian yang dipilih adalah kampus II UIN Alauddin Makassar, samata, kabupaten Gowa. Adapun batas-batas wilayah penelitian yaitu :
a. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kebun Warga.
b. Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Sultan Alauddin Samata.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Pekuburan Cina.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Rumah Warga.
2. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada hari Senin-Selasa tanggal 1-2 November 2010
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat UIN Alauddin Makassar yang masih berstatus mahasiswa pada tahun 2010
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 50 mahasiswi UIN Alauddin Makassar dari semua fakultas yang ada
Teknik Pengambilan Sampel
Adapun pengambilan sampel akan dilakukan dengan cara random Sampling yaitu dimana pengambilan sampel dilakukan secara acak mengingat banyaknya mahasiswa dan keterbatasan waktu serta untuk mempermudah penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat UIN Alauddin makassar tentang Kanker Serviks.
D. Pengumpulan Data.
Data yang di kumpulkan adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan angket atau kuesioner yang diberikan pada responden di kampus II UIN Alauddin Makassar 2010
F. Pengolahan Data
Data yang diperoleh melalui pengumpulan data selanjutnya diolah secara manual dengan menggunakan kalkulator untuk setiap jawaban responden diberikangan sistem ”tanpa denda” dengan rincian sebagai berikut :
S = R
Keterangan
S = Skor responden
R = Jawaban yang benar
G. Analisa Data
Data yang diolah selanjutnya dianalisis dengan menggunakan dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi sebagai berikut :
f
P = X 100%
n
Keterangan :
P : Persentase yang dicari
f : frekuensi faktor variabel
n : Jumlah sampel
Setelah menguraikan tentang metode penelitian pada Bab III, maka selanjutnya akan di bahas tentang hasil penelitian pada Bab IV.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan masyarakat UIN Alauddin makassar tahun 2010, menggunakan populasi banyak (belum terhitung) responden dan sampel sebanyak 50 responden.
Penyajian data berdasarkan tujuan penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi di sertai penjelasan sebagai berikut:
Tabel 4.1

Gambaran pengetahuan masyarakat UIN Tentang Pengertian
Ca Serviks di kampus II UIN Alauddin Makassar
Tahun 2010

Pengetahuan tentang Pengertian Frekuensi Persentase (%)
Ca Serviks

Tahu 40 80

Tidak Tahu 10 20


Jumlah 50 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 50 masyarakat UIN, yang tahu tentang pengertian kanker serviks yaitu 40 orang atau (80%) sedangkan yang tidak tahu 10 orang (20%).
Tabel 4.2

Gambaran pengetahuan Masyarakat UIN Tentang Gejala
Ca Serviks di kampus II UIN Alauddin Makassar
Tahun 2010

Pengetahuan Tentang Gejala Frekuensi Persentase (%)
Ca Serviks

Tahu 39 78

Tidak Tahu 11 22

Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 50 Mayarakat UIN, yang tahu tentang gejala Ca Serviks sebesar 39 orang (78%) sedangkan yang tidak tahu 11 orang (22%).
Tabel 4.3
Gambaran Pengetahuan masyrakat UIN Tentang Penyebab Ca Serviks di kampus II UIN Alauddin Makassar
Tahun 2010

Pengetahuan tentang penyebab Frekuensi Persentase (%)
Ca Serviks

Tahu 12 24

Tidak Tahu 38 76

Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 50 masyarakat UIN, yang tahu tentang penyebab kanker serviks yaitu 12 Orang (24%) sedangkan yang tidak tahu 38 responden (36%).
Tabel 4.4

Gambaran pengetahuan tentang Cara Penularan
Ca Serviks di kampus II UIN Alauddin Makassar
Tahun 2010

Pengetahuan tentang
Cara Penularan Ca serviks frekuensi Persentase (%)

Tahu 48 96
Tidak Tahu 2 4
Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 50 masyarakat UIN, yang tahu tentang Cara penularan Ca Serviks yaitu 48 orang (96%) sedangkan yang tidak tahu 2 orang (4%).

Tabel 4.5

Gambaran pengetahuan tentang stadium
Ca Serviks di kampus II UIN Alauddin Makassar
Tahun 2010

Pengetahuan tentang
Stadium Ca serviks frekuensi Persentase (%)

Tahu 25 50
Tidak Tahu 25 50
Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 50 masyarakat UIN, yang tahu tentang stadium Ca Serviks yaitu 25 orang (50%) sedangkan yang tidak tahu 25 orang (50%).
Tabel 4.6

Gambaran pengetahuan tentang Cara Mendeteksi
Ca Serviks di kampus II UIN Alauddin Makassar
Tahun 2010

Pengetahuan tentang
Cara mendeteksi Ca serviks frekuensi Persentase (%)

Tahu 15 30
Tidak Tahu 35 70
Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 50 masyarakat UIN, yang tahu tentang Cara mendeteksi Ca Serviks yaitu 15 orang (30%) sedangkan yang tidak tahu 35 orang (70%).






Tabel 4.7

Gambaran pengetahuan tentang cara pengobatan
Ca Serviks di kampus II UIN Alauddin Makassar
Tahun 2010

Pengetahuan tentang
Cara pengobatan Ca serviks frekuensi Persentase (%)

Tahu 12 24
Tidak Tahu 38 76
Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 50 masyarakat UIN, yang tahu tentang Cara pengobatan Ca Serviks yaitu 12 orang (24%) sedangkan yang tidak tahu 38 orang (76%).
Tabel 4.8

Gambaran pengetahuan tentang Cara Pencegahan
Ca Serviks di kampus II UIN Alauddin Makassar
Tahun 2010

Pengetahuan tentang
Cara pencegahan Ca serviks frekuensi Persentase (%)

Tahu 37 74
Tidak Tahu 13 26
Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 50 masyarakat UIN, yang tahu tentang Cara mencegah Ca Serviks yaitu 37 orang (74%) sedangkan yang tidak tahu 13 orang (26%).

B. PEMBAHASAN
Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (notoatmodjo, 2003).
1. Pengetahuan Tentang Pengertian kanker Serviks
Hasil penelitian yang telah di lakukan di kampus II UIN Alauddin Makassar tanggal 1-2 November 2010 menunjukkan bahwa dari 50 responden, yang tahu tentang pengertian kanker serviks 40 orang atau (80%) sedangkan yang tidak tahu 10 orang (20%).
Kanker serviks atau sering dikenal dengan kanker mulut rahim/kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
Responden tidak begitu mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan tentang pengertian kanker serviks karena sebagian besar mereka telah mengetahui apa yang dimaksud dengan kanker serviks dari berbagai media. Adapun responden yang tidak tau mungkin karena kesibukan sehingga mereka tidak terlalu memngetahui tentang kanker serviks ini.
Pentingnya pengetahuan tentang pengertian kanker serviks disebabkan dengan pengetahuan responden yang cukup. Seorang dapat mengetahui apa itu kanker serviks apabila dia mempunyai pengetahuan yang cukup.
2. Pengetahuan Tentang Gejala kanker serviks.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 Mayarakat UIN, yang tahu tentang gejala Ca Serviks sebesar 39 orang (78%) sedangkan yang tidak tahu 11 orang (22%).
Teori menunjukkan responden lebih banyak yang tahu tentang gejala kanker serviks yaitu Keluar cairan encer dari vagina (keputihan), Pendarahan setelah senggama yang kemudian dapat berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal, Timbulnya perdarahan setelah menopause, Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah
Pada pertanyaan pada kuesioner tentang gejala kanker serviks ternyata sudah lebih 70% yang mengetahui mengenai gejala pada kanker serviks. Dengan adanya tehnologi mahasiswa dapat mengetahui berbagai hal mengenai berbagai penyakit ataupun masalah yang menjadi bahan utama di masyarakat.
3. Pengetahuan Tentang Penyebab kanker serviks
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 masyarakat UIN, yang tahu tentang penyebab kanker serviks yaitu 12 Orang (24%) sedangkan yang tidak tahu 38 responden (36%).
Hingga saat ini Human Papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab 99,7% kanker serviks. Virus papilloma ini berukuran kecil, diameter virus kurang lebih 55 nm, juga dapat disebabkan karna seks bebas, merokok, pemakaian celana dalam yang ketat
Setelah diajukan pertanyaan pada kuesioner yaitu apa yang menyebabkan kanker serviks yaitu HPV. Pada pertanyaan ini responden lebih banyak menjawab penyebabnya adalah virus AIDS.
Responden yang berpengetahuan tinggi akan mudah menyerap informasi , sehingga ilmu pengetahuan yang di miliki lebih tinggi . Namun sebaliknya orang yang berpendidikan rendah akan mengalami hambatan dalam penyarapan informasi sehingga ilmu yang di miliki akan sulit untuk di terapkan.
4. Pengetahuan Tentang cara penularan kanker serviks.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 masyarakat UIN, yang tahu tentang Cara penularan Ca Serviks yaitu 48 orang (96%) sedangkan yang tidak tahu 2 orang (4%).
Cara penularan kanker serviks melalui berbagai jalur diantar Melalui banyak jalur diantaranya : 1. jalur seksual dapat dilakukan dengan beberapa hal yaitu hubungan intim, kelamin-kelamin, tangan-kelamin. Kebanyakan pria dan wanita yang telah berhubungan intim berisiko terinveksi HPV, apalagi yang sering berganti pasangan dan kehidupan seksualnya tidak bersih, maka lebih dari 75% pernah terifeksi HPV. 2. Melalui jalur nonseksual, Penularan jalur nonseksual adalah dengan cara penularan langsung. Misalnya dari ibu ke bayinya pada saat persalinan. Tentu saja ini pada ibu yang telah tertular virus HPV. 3. Tidak melalui kelamin, penularan tidak melalui kelamin misalnya pakaian dalam, alat-alat kedokteran yang tidak steril (tapi ini sangat kecil kemungkinan).
Hasil penelitian yang di lakukan menunjukkan sudah banyak responden yang mengetahui tentang cara penularan kanker serviks. Bahwa sebagian besar penularan kanker ini terjadi karena seks bebas.
5. Pengetahuan Tentang stadium kanker serviks
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 masyarakat UIN, yang tahu tentang stadium Ca Serviks yaitu 25 orang (50%) sedangkan yang tidak tahu 25 orang (50%).
Pembagian stadium kanker serviks didasarkan pada penyebaran kanker di bagian tubuh lainnya. Sehingga stadium ini terbagi menjadi 4 stadium.
Setelah diajukan pertanyaan pada kuesioner yaitu tentang berapa stadium penyakit kanker serviks. Pada pertanyaan ini 50% responden menjawab benar dan 50% menjawab salah. Disini pertanyaan stadium kanker ini membutuhkan pengetahuan yang spesifik tentang stadium ini karena responden yang memiliki pengetahuan yang tinggi atau kemampuan menyerap ilmu yang tinggi.

6. Pengetahuan Tentang cara mendeteksi kanker serviks.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 masyarakat UIN, yang tahu tentang Cara mendeteksi Ca Serviks yaitu 15 orang (30%) sedangkan yang tidak tahu 35 orang (70%).
Cara Mendeteksi kanker serviks dengan berbagai cara misalnya dengan Pap smear bagi wanita, IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) Merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin dengan menggunakan asam asetat 3-5%. Alat ini begitu sederhana sebab saat memeriksakannya tidak perlu ke laboratorium dan dapat dilakukan oleh bidan. Atau Mendiagnosis serviks dengan kolposkopi
Pada pertanyaan pada kuesioner tentang cara mendeteksi kanker serviks ternyata 70% responden menjawab USG padahal salah satu cara mendeteksinya yaitu dengan pap smear.
7. Pengetahuan Tentang cara pengobatan kanker serviks
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 masyarakat UIN, yang tahu tentang Cara pengobatan Ca Serviks yaitu 12 orang (24%) sedangkan yang tidak tahu 38 orang (76%).
Pengobatan kanker serviks diantaranya yaitu dengan pembedahan dan radioterapi (radiasi). Setelah diajukan pertanyaan pada kuesioner yaitu tentang cara pengobatan penyakit kanker serviks. Pada pertanyaan ini lebih banyak responden menjawab USG. Responden yang memiliki pengetahuan yang tinggi atau kemampuan menyerap ilmu yang tinggi dan telah mendapat informasi lebih dapat mengetahui mengenai pengobatan kanker serviks.
8. Pengetahuan Tentang cara pencegahan kanker serviks
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 masyarakat UIN, yang tahu tentang Cara mencegah Ca Serviks yaitu 37 orang (74%) sedangkan yang tidak tahu 13 orang (26%).
Pencegahan kanker serviks adalah dengan menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kanker seviks. Selain itu juga dengan vaksin. Setelah diajukan pertanyaan pada kuesioner yaitu tentang cara pencegahan kanker serviks. Pada pertanyaan yang diajukan sebagian besar responden sudah mengetahui tentang cara pencegahan kanker serviks.
Setelah menguraikan tentang hasil dan pembahasan pada Bab IV, maka selanjutnya akan di bahas tentang kesimpulan dan saran pada Bab V.










BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengetahuan masyarakat tentang kanker serviks sangatlah penting Karena dengan adanya pengetahuan tersebut, masyarakat dapat mengantisipasi dan mendeteksi secara dini tentang gejala kanker serviks. Adapun jenis penelitian yang di gunakan adalah deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat UIN tentang kanker serviks, dan berdasarkan hasil dari penelitian diperoleh masing – masing 80% responden yang tahu tentang pengertian kanker serviks, gejala 76% responden sudah mengetahui dan responden yang tahu tentang penyebab ca serviks 24%, 96% responden sudah mengetahui cara penularan ca serviks, 50% responden sudah mengetahui tentang stadium ca serviks, adapun cara pengobatan dan cara mendeteksi ca serviks yaitu 24% dan 30% responden sudah mengetahui dan tentang cara pencegahan sebesar 74% responden sudah mengetahui.
B. Saran
1. Diharapkan Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat perlu diadakan penyuluhan tentang kanker serviks.
2. Diharapkan diharapkan bagi masyarakat yang masih belia untuk melakukan vaksin HPV untuk mencegah terinfeksi dari kanker serviks tersebut.
3. Untuk penelitian selanjutnya di harapkan agar peneliti memilih metode dan variabel yang berbeda tentang kanker serviks.

DAFTAR PUSTAKA

Andrijono. 2005. Sinopsis, Kanker Ginekologi. Divisi Onkologi Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Anonim. 2009. http://medlinux.blogspot.com/2009/02/kanker-serviks.html. diakses pada tanggal 1 November 2010

Aziz, Farid. 2002. Deteksi Dini Kanker, Skrining dan Deteksi Dini Kanker Serviks : ed Ramli Muchlis, Umbas Rainy, panigoro S. Sonar, Jakarta : Fakultas Kedokteran universitas Indonesia
Azis MF,1996, Skrining dan deteksi Dini Penyakit Kanker FK-UI Jakarta.
Basuki bastaman,1999 Aplikasi Metode Kasus Kontrol, penerbit Bagian Ilmu kedokteran Komunitas FK-UI

Budiarto E, 2001. Biostatistika ntuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Cetakan I. Jakarta :EGC
Cahyo, Nur. 2010. Bahaya Kanker Rahim dan Kanker Payudara. Yogyakarta: PT. Buku Kita
Edianto, Deri. 2008. Kanker Serviks. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Murhti Bisma, 1995. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press

1 komentar: